TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nyeri lutut merupakan penyebab kedua pasien datang ke ruang praktik dokter, karena nyeri ini dapat mengganggu aktivitas harian.
Meski dapat sembuh dengan sendirinya, banyak kasus nyeri lutut yang menetap dan jika tidak diobati dengan segera dapat menghambat aktivitas penderitanya.
Selain nyeri yang mengganggu, penderita umumnya juga mengalami sejumlah gejala lain seperti bengkak, kemerahan, dan kaku atau sulit untuk digerakkan.
Osteoartritis sering menyerang lutut melebihi penyakit-penyakit pada persendian yang menyertai populasi usia lanjut dan pada obesitas, jadi anjuran untuk operasi lutut meningkat.
dr Ibrahim Agung, SpKFR dari Klinik Patella menyatakan, sebagian besar penderita nyeri lutut ini menolak untuk dilakukannya operasi namun masih ingin terbebas dari rasa nyeri.
"Untuk nyeri yang diakibatkan osteoartritis, hampir semua orang akan mengalami karena terjadi seiring proses penuaan," katanya di Jakarta, Sabtu (14/12/2019).
Baca: Waspadai Gejala Nyeri Sendi Pada Tumit
Penyebab nyeri lutut antara lain cedera, masalah mekanis, radang sendi, dan lainnya.
Selain cedera pada salah satu ligamennya (anterior cruciate ligament/ACL), ada juga cedera akibat ada masalah pada komponen penyangga lutut seperti tendon, tulang rawan, dan kantong cairan sendi (bursa).
Nyeri lutut ini juga bisa disebabkan bursitis yaitu peradangan atau pembengkakan bursa. Kemudian bila ada gangguan mekanis, misalnya iliotibial band syndrome (ITBS), sering dialami oleh para pelari.
Penanganan nyeri lutut ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yang salah satunya adalah injeksi dengan Platelet-Rich Plasma (PRP) yang memiliki prinsip kerja regenerasi. Prinsip regenerasi ini dapat dikatakan dapat ‘memudakan’ kembali sendi yang sudah menua.
Terapi PRP telah meluas selama beberapa dekade terakhir dan penerapannya tidak dibatasi pada kasus cedera muskuloskeletal akibat olahraga saja namun juga pada kasus degeneratif tulang rawan dan sendi seperti OA.
PRP diberikan sebanyak tiga kali (satu kali per bulan) dan dilakukan evaluasi dalam waktu 6 bulan dan 12 bulan.
Pasca-PRP juga perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain pemakaian brace (bila perlu), dan melakukan latihan penguatan otot sesuai dengan rekomendasi dokter.
Latihan ini juga dapat membantu memperbaiki kekuatan otot dan membantu memperlambat proses degenerasi sendi lebih lanjut.
Baca: 5 Bahan Alami dan Murah untuk Mengatasi Nyeri Lutut
PRP dilakukan dengan cara mengambil darah dari pasien, dengan jarum spuit yang berisi antikoagulan. Kemudian disentrifugasi hingga menjadi dua lapisan, yang terdiri dari lapisan bawah (berisi darah merah) dan lapisan atas (berisi plasma). Lapisan atas inilah yang mengandung platelet yang kemudian disuntikkan ke dalam lutut pasien.
Selain itu, PRP juga bermanfaat terhadap nyeri lutut yang diakibatkan oleh cedera yang diakibatkan oleh over-stretch, partial tear bahkan dalam kondisi complete rupture. Namun dalam kasus ini, PRP dikombinasikan dengan fisioterapi.
Teknologi PRP atau teknologi regeneratif ini merupakan metode terbaru sebagai solusi penuaan sendi dan kerusakan sendi.
Manfaat PRP ini cukup beragam, antara lain membantu memperlambat/memperbaiki proses kerusakan jaringan tulang rawan (kartilago), membantu memperlambat perburukan OA, meningkatkan produksi cairan lubrikasi alami sendi, dan menstimulasi pembentukan jaringan tulang rawan yang baru.
Menurut National Institute for Clinical Excellence (NICE), injeksi PRP untuk membantu mengatasi nyeri lutut akibat OA dapat dikatakan minim risiko, namun masih memerlukan riset lebih lanjut. “Di klinik kami, berdasarkan testimoni, keberhasilannya cukup baik terutama di usia yang lebih muda.”
”Hampir semua nyeri lutut dapat dituntaskan tanpa operasi. Namun semua tindakan perlu dan selalu dilakukan dengan USG-guided (terpandu USG), seperti yang kami lakukan di Klinik Patella ini," kata Ibrahim.
USG-guided ini digunakan untuk memastikan akurasi tindakan dan mencegah kerusakan pada struktur lain di sekitar lutut.