TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Di Thailand, seorang pasien asal China yang positif terinfeksi virus corona dikabarkan sembuh setelah diberi racikan obat flu dan anti-HIV.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Rajavithi Thailand, Kriengsak Atipornwanich, menyatakan, pasien itu langsung negatif virus corona selang 48 jam sejak memakai racikan itu, Minggu (2/2/2020).
Komisi Kesehatan Nasional China, sepekan sebelumnya, menetapkan Rumah Sakit Ditan Beijing, Rumah Sakit Youan Beijing, dan Pusat Medis No 5 Rumah Sakit Umum PLA, akan menggunakan anti-HIV untuk menangani pasien virus corona.
Meski begitu, dokter spesialis pulmonologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Raden Rara Diah Handayani menyatakan bahwa kasus-kasus itu bisa saja kondisional.
Baca: Soleman Ponto Ungkap Alasan Menkes Terawan Diam soal WNI Wuhan ke Natuna: Tak Tahu yang akan Terjadi
Baca: Ternyata China Punya Teknologi Rahasia untuk Cegah Penyebaran Virus Corona, Apa Itu?
Artinya, kasus-kasus itu bukan berarti obat flu dan anti-HIV dapat dijadikan obat standar guna memberantas virus corona di dalam tubuh.
"Yang sudah punya pasien (corona) dan juga melakukan terapi seperti itu baru sedikit, jadi memang belum bisa dikatakan bahwa itu nanti obatnya.
Ini masih dalam proses penelitian," jelas Rara kepada wartawan di sela seminar bertajuk"Fakta Virus Corona dan Influenza" di RSUI Depok, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020) siang.
"Jadi kalau antivirusnya betul-betul untuk vaksin (corona), belum ada," imbuh dia.
Pernyataan Rara senada dengan keterangan Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis Thailand Somsak Akkslim beberapa saat sejak temuan di Rumah Sakit Rajavithi.
Menurut Somsak, terlalu dini untuk menyatakan obat ini dapat diaplikasikan pada semua kasus.
Penggunaan racikan obat flu dan anti-HIV untuk sementara waktu hanya akan digunakan pada pasien dengan kondisi parah.
"Memang ada beberapa negara yang dokter-dokternya mencoba memberikan racikan itu.
Kenapa? Kerena ada kesamaan bagaimana dua virus itu berkembang di dalam badan," ujar Rara.
"Prinsip sebagai dokter ketika memutuskan memberi racikan itu, kami melihat bagaimana proses obat bekerja, bagaimana virus menjadi penyakit, dan bagaimana obat itu bisa memutus rantai pengembangan penyakit itu," ia membeberkan.