TRIBUNNEWS.COM – Serangkaian kampanye dan promosi pentingnya pemberian ASI eksklusif telah gencar dilakukan sepuluh tahun terakhir. Lantas, bagaimana hasilnya?
Hasil riset mencatat kesadaran pemberian ASI eksklusif meningkat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI menunjukan, terjadi peningkatan jumlah ibu yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif.
Meski terbilang cukup berhasil, sayangnya jumlah pemberian ASI eksklusif masih di bawah target yang ditentukan.
Dokumen teknokratik RPJMN tahun 2016-2019 menargetkan ASI Eksklusif dilakukan 60 persen ibu. Namun, riset mencatat baru sebanyak 37,3 persen yang memberikan ASI Eksklusif.
Angka ini sebenarnya sudah cukup baik karena di tahun 2010 tercatat hanya 15,3% ibu yang memberikan ASI Eksklusif.
Faktor penghambat ibu memenuhi hak menyusui
dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan gencarnya promosi dan berdirinya berbagai asosiasi pendukung ibu menyusui turut andil menyukseskan promosi menyusui.
“Komunitas seperti Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia hingga promosi menyusui yang ‘fun’ sejak aktifnya komunitas AyahASI dalam waktu singkat berhasil mendapat berjuta penggemar dari kalangan mamah muda dan para ayah di Indonesia,” kata dr. Wiyarni.
Sayangnya, dr. Wiyarni melanjutkan, gencarnya promosi oleh asosiasi dan komunitas-komunitas tersebut belum sepenuhnya didukung oleh cakupan yang lebih besar, seperti pelaku bisnis, hiburan, dan politik.
Ia menyebutkan beberapa faktor yang menghambat tingkat pemberian ASI eksklusif. Misalnya, paparan promosi hebatnya susu formula, praktik layanan maternitas seperti pemisahan ibu dan bayi setelah lahir, pemberian makanan cair, dan dot atau empeng yang juga mempengaruhi kesempatan ibu untuk memenuhi hak menyusui anak.
Dukungan konselor kesehatan terkait pentingnya ASI pun dinilai masih kurang sehingga banyak ibu yang tidak mendapatkan informasi dan pendampingan yang baik selama masa menyusui.
Mewujudkan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM)
“Solusinya, fasilitas kesehatan didorong untuk mengimplementasikan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM),” sambung dr. Wiyarni.
Dalam 10 LMKM tersebut, fasilitas kesehatan didorong untuk menyediakan tenaga konselor yang kompeten dan sayang bayi di unit layanan kesehatan ibu dan anak.
“Makin banyak tenaga konselor yang kompeten maka informasi dan kesempatan para ibu untuk memenuhi hak menyusui bagi anak makin terbuka lebar. Jika makin banyak mamah muda yang turut mengASIhi anaknya, maka para mamah muda sudah turut membantu memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesi.,” tandas dr. Wiryani.
Nyatanya, 10 LMKM memiliki cita-cita yang sejalan dengan seruan Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo.
Widodo mengimbau masyarakat untuk mendukung gerakan menyusui, tepatnya pada peringatan pekan menyusui sedunia yang diperingati pada awal Agustus setiap tahunnya,
“Gerakan menyusui jadi Langkah awal dan sederhana yang bisa dilakukan keluarga untuk nantinya menjamin kualitas generasi penerus,” ungkap Widodo.
Sudah banyak ibu yang sadar akan pentingnya menyusui dan hak menyusui yang dimilikinya. Pemberian ASI secara eksklusif pada 6 bulan pertama dapat mencegah stunting pada anak, sehingga pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak jadi optimal. Informasi tentang tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting dapat disimak lengkap di Genbest.id.
Untuk itu, penyebaran informasi pentingnya ASI, sarana konseling ASI, hingga komunitas ASI haruslah menjadi perhatian bersama masyarakat. Yuk, kita dukung terus!