TRIBUNNEWS.COM - Sudah sekira tiga tahun ini Fransiska Ratna Wulandari (39) menjawab pertanyaan demi pertanyaan soal Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan di grup WhatsApp Cheerfull Mother Club (CMC) Solo yang ia ikuti.
Grup WA CMC beranggotakan ibu-ibu alias emak-emak usia produktif melahirkan.
Jumlah anggotanya saat ini sebanyak 187 orang.
Di dalam grup ini, saat ada pertanyaan tentang JKN BPJS Kesehatan, anggota saling merespons dengan memberi testimoni atau memberi informasi yang diketahui.
Dari sekian anggota yang merespons, Fransiska yang lebih banyak memberi penjelasan.
Baca: Gandeng BPJS Kesehatan, Fintech Alami Siapkan Pembiayaan Hingga Rp 2 Miliar Per Faskes
Informasi yang disampaikan oleh Fransiska pun terbilang akurat sehingga anggota grup tak kapok untuk bertanya kembali.
Dalam satu pekan, Fransiska merespons setidaknya dua atau tiga pertanyaan soal JKN BPJS Kesehatan.
“Tergantung lagi ada isu atau enggaknya. Kalau lagi ada isu, pertanyaan hampir tiap hari. Tetapi kalau lagi nggak ada pengumuman apa-apa dari pemerintah paling seminggu 1-2 kali,” kata Fransiska, Senin (24/8/2020).
Posisi Fransiska sebagai HRD The Park Mall Solo Baru sedikit banyak membuat ia memahami seluk beluk aturan JKN BPJS Kesehatan.
“Kebetulan saya sebagai HRD di mana salah satu pekerjaan saya menangani soal BPJS Kesehatan karyawan di tempat saya bekerja. Selain itu, saya juga kenal dengan Account Representatif (AR) BPJS Kesehatan. Sehingga kalau butuh informasi yang saya tidak ketahui, saya tanya ke AR,” ujar dia.
Fransiska melanjutkan banyak hal ditanyakan oleh anggota CMC soal JKN BPJS Kesehatan.
Di antaranya soal naik turun iuran BPJS Kesehatan, soal kepesertaan, cara naik kelas atau turun kelas hingga soal tunggakan iuran.
Tidak hanya menjawab pertanyaan seputar JKN BPJS Kesehatan, Fransiska juga mengedukasi kesadaran anggota grup CMC pentingnya menjadi peserta JKN BPJS Kesehatan, terutama untuk peserta mandiri.
Ia menekankan, JKN BPJS Kesehatan sifatnya gotong royong sehingga perlu didukung bersama agar terus bisa berjalan.
“Saya sering sampaikan di grup ‘Jangan lupa bayar iuran ya mak’. Nah kadang ada yang peserta mandiri memberi komentar, ‘Tapi bayarnya mahal mak, padahal nggak sakit’. Karena kalau mandiri ini seperti kelas I kan relatif mahal, per orang Rp 150 ribu. Kalau 4 orang berarti per bulan Rp 600 ribu. Mereka merasa rugi kalau sedang sehat. Nah, kalau seperti ini saya sarankan mereka turun kelas. Aturan turun kelas seperti apa, saya beri penjelasan,” ujar dia.
Baca: Gowes Sambil Donasi, BPJS Kesehatan Ajak Pecinta Sepeda Virtual Ride
Selain menjawab pertanyaan di grup, Fransiska kerap juga menjawab pertanyaan dari anggota CMC via jalur pribadi (japri).
Hal ini karena beberapa pertanyaan yang diajukan bersifat pribadi, misalnya soal penyakit, yang terkadang malu untuk disampaikan di grup.
Pertanyaan-pertanyaan itu baik yang di grup atau japri ia jawab ketika ia sedang longgar, misalnya setelah pulang dari kantor.
Jika ada pertanyaan yang sifatnya mendesak, ia menyarankan untuk menghubungi langsung call center BPJS.
Fransiska mengaku senang menjawab berbagai pertanyaan soal BPJS Kesehatan dari anggota CMC karena dapat membantu memberikan informasi yang benar.
“Motivasi saya lebih ke memberi informasi yang baik dan benar saja sehingga tidak termakan hoaks. Kan kadang ada komentar misalnya ‘bayar mahal-mahal iuran BPJS, uangnya dikorupsi sama pegawainya’. Nah yang seperti itu kan informasi yang tidak benar,” ujar dia.
Langgeng Purbaningrum, anggota grup CMC, merasakan manfaat dari penjelasan Fransiska.
Pada Maret 2020 lalu, Langgeng yang tengah hamil anak ke-4 khawatir apakah persalinannya nanti bakal di-cover oleh BPJS Kesehatan atau tidak.
“Saya kemudian tanya di grup WA CMC apakah lahiran anak ke-4 masih bisa pakai BPJS Kesehatan,” kata Langgeng, Sabtu (22/8/2020).
Berdasarkan penjelasan Fransiska di grup, Langgeng mendapat informasi persalinannya masih bisa dicover BPJS dengan cara anak ke-4 itu sementara didaftarkan BPJS Kesehatan mandiri. Setelah itu nantinya bisa diikutkan BPJS dari kantor dengan besaran iurannya 1 persen dari gaji.
“Sehari setelah lahiran, BPJS anak saya dibantu diuruskan sama pihak RS, tapi diikutkan BPJS mandiri dahulu. Kemudian saat pulang dari RS, kartu BPJS sementara anak saya yang ke-4 itu sudah jadi dan biaya persalinan free semua, ditanggung BPJS,” terang Langgeng yang melahirkan di RS Nirmala Suri Sukoharjo.
Baca: Mengenal Recehan Sehat (Rehat), Jawara Virtual Hackathon BPJS Kesehatan
Tiga bulan kemudian, barulah Langgeng memindahkan kepesertaan BPJS anaknya dari peserta mandiri ke BPJS dari kantor.
Langgeng mengatakan keberadaan grup WA CMC cukup memberi manfaat baginya ketika ia memerlukan informasi seputar BPJS Kesehatan.
Apalagi sumber informasi soal BPJS Kesehatan di tempat Lenggeng bekerja juga kurang bisa memberi jawaban.
“Yang ngurusi BPJS tempat saya bekerja memang kurang update, jadi saya harus gerak sendiri tanya ke satpam dan petugas BPJS Sukoharjo. Karena itulah saya lebih memilih bertanya di grup CMC,” beber guru SMK di Sukoharjo ini.
Sementara itu, admin grup CMC, Ratna Sari Dewi mengatakan grup CMC eksis sejak 2016.
“Grup CMC ini tujuannya bagaimana membuat ibu-ibu anggota grup itu bahagia. Kalau ibunya bahagia, anaknya juga akan sehat,” ujar Ratna saat ditemui di rumahnya di Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
Di grup CMC apa saja boleh dibahas asal kecuali bersifat SARA dan hal yang membuat grup tidak nyaman.
Secara umum, anggota grup lebih banyak bertanya dan bertukar pengalaman tentang pengasuhan anak hingga soal BPJS Kesehatan.
“Ada yang tanya soal dokter yang bisa BPJS, jadwal dokter, RS mana yang menerima BPJS dan lain sebagainya,” ujar dia.
Staf Komunikasi Publik dan Hukum BPJS Kesehatan Cabang Surakarta, Fransisca menyambut baik edukasi yang dilakukan Fransiska sepanjang ia memahami soal BPJS Kesehatan.
Adapun untuk kanal resmi informasi terkait BPJS Kesehatan bisa diakses melalui Care Center 1500400, Aplikasi Mobile JKN, Website BPJS Kesehatan, PIPP Rumah sakit, Kantor Cabang/Kabupaten dan Aplikasi LAPOR!
(Tribunnews.com/Daryono)