Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Sebanyak 40 negara yang mewakili lebih dari setengah populasi dunia, disebut telah menyatakan minatnya pada vaksin virus corona (Covid-19) 'Sputnik V' buatan Rusia.
Pada presentasi yang disampaikan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Kamis kemarin, para ilmuwan dari Institut Gamaleya yang mengembangkan formula tersebut, mengatakan bahwa pesanan awal telah dilakukan untuk lebih dari 1,2 miliar dosis.
Dikutip dari Russia Today, Jumat (11/12/2020), pengujian yang melibatkan 45.000 orang di seluruh dunia ini menyimpulkan bahwa 95 persen dari mereka yang diberikan dua dosis Sputnik V, menunjukkan peningkatan kekebalan tubuh terhadap virus corona.
Pada hari Rabu lalu, produsen vaksin ini merilis rekaman vial atau wadah vaksin yang mendarat di India, sebelum dimulainya studi mengenai efektivitas vaksin itu di sana.
Baca juga: Moderna Mulai Uji Klinis Vaksin Covid-19 pada Anak-anak dan Remaja
Sejumlah negara, termasuk Hongaria, Venezuela, dan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengimpor vaksin ini dalam jumlah yang cukup untuk melakukan ui coba sendiri pada Sputnik V.
Baca juga: Pesan 10 Juta Dosis, Presiden Argentina Jadi Orang Pertama Disuntik Vaksin Sputnik V
Pada saat yang sama, Filipina juga mengumumkan akan bekerja sama dengan Rusia untuk mengamankan akses ke pasokan untuk memulai imunisasi massal pada awal tahun depan.
Lalu pada hari Kamis kemarin, Wali Kota Moskwa Sergey Sobyanin mengumumkan bahwa warga ibu kota akan dapat mengakses vaksin ini mulai hari Sabtu besok.
Dokter, guru, dan pekerja sosial akan menjadi kelompok pertama dalam antrean untuk mendapatkan suntikan vaksin ini.
Menurut seorang warga Moskwa, Sobyanin, vaksin akan diberikan di sejumlah posko vaksin yang didirikan di sekitar kota tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan dimulainya program vaksinasi ini pada Rabu lalu.
"Produksi Sputnik V, vaksin terdaftar pertama di dunia untuk melawan infeksi virus corona, memungkinkan kami untuk memulai vaksinasi," tegas Putin.
Sebelumnya, Rusia menjadi pembahasan dunia pada Agustus lalu saat mengklaim menjadi negara pertama yang menyetujui formula untuk menangani Covid-19.
Beberapa pengamat serta ilmuwan internasional justru menyatakan keprihatinan mereka terkait cepatnya formula tersebut terdaftar.
Namun ilmuwan yang mengembangkan vaksin ini berpendapat bahwa keputusan tersebut didasarkan pada data uji coba awal yang positif dan telah diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.