Selain faktor genetik, gangguan irama jantung bisa disebabkan berbagai sindrom kelainan bawaan, akibat pengaruh lingkungan seperti terpapar obat/racun atau virus.
Pengaruh ini bisa mengubah listrik jantung. Termasuk virus Covid-19. Walaupun pengaruhnya tidak secara langsung.
Aritmia lebih sering disebabkan dari penyakit jantung itu sendiri seperti jantung coroner, hipertensi yang meyebabkan bengkak jantung sehingga menyebabkan aritmia.
Gangguan irama jantung pada kondisi yang sudah tidak bisa lagi diberikan obat-obatan, dokter akan memasang alat pacu jantung. Menurut Dokter Dicky, alat pacu jantung itu banyak tipe serta settingan yang dilakukan.
Baik pada orang dewasa dan anak-anak, ketika terjadi aritmia jangan menunda ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobaatan. Pengobatan dilakukan agar gangguan irama jantung ini bisa terkontrol.
Terlebih di masa pandemi Covid-19, orang dengan aritmia akan berisiko terkena gejala berat Covid-19.
Diketahui, denyut jantung bayi dan anak-anak lebih cepat ketimbang anak besar dan dewasa. Hal ini karena kebutuhan akan suplai darah lebih tinggi dibandingkan anak yang lebih besar.
Institute Kesehatan Nasional AS (NIH) menerbitkan panduan detak jantung normal dalam kondisi istirahat sesuai usia,
- Usia dibawah 1 bulan, detak jantung normal antara 70-190 kali per menit
- Usia 1-11 bulan, antara 80-160 kali per menit
- Usia 1-2 tahun, antara 80-130 kali per menit
- Usia 3-4 tahun, antara 80-120 kali per menit.
- Usia di atas 10 tahun, antara 60-100 kali per menit.
- Pada orang dewasa antara 50-100 kali per menit.
(lis)