News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wabah Ebola Mengintai, Saran Epidemiolog Cegah Potensi Muncul Wabah Baru, Perkuat Sistem Screening

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar yang disediakan oleh laboratorium penelitian Center for Emerging and Zoonotic Diseases di Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan diambil pada 21 November 2011, menunjukkan teknisi laboratorium dan dokter mengerjakan sampel selama penelitian tentang penyakit Ebola yang berkembang pada kelelawar, di Center for Emerging and Zoonotic Diseases research Laboratory of the National Institute for Communicable Diseases di Pretoria.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa setiap negara, termasuk Indonesia sebenarnya bisa melakukan antisipasi masuknya virus lainnya selain virus corona (Covid-19).

Pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten kota diharapkan memiliki tim ahli yang mampu melakukan deteksi dini virus yang berpotensi menjadi epidemi.

Karena setelah kemunculan Covid-19 pada 2020, ia pun memprediksi tahun berikutnya akan menjadi 'era pandemi'.

Terlebih saat ini kembali muncul virus Ebola di Afrika dan virus ini berpotensi menyebar ke negara lain melalui kontak erat.

Baca juga: Covid-19 Belum Usai, Muncul Ebola, Epidemiolog Ingatkan Ancaman Era Pandemi

Baca juga: Ebola Tak Hanya di Afrika, Wabah Ini Bisa Masuk Ke Semua Negara, Pernah Terjadi di Amerika dan Eropa

Kasus ini pun pernah ditemukan menyebar ke Amerika Serikat (AS) hingga negara di Eropa pada 2014 lalu.

"Dari ancaman-ancaman pandemi ini sangat jelas bahwa setiap negara (termasuk) Indonesia, provinsi, kabupaten maupun kota itu harus memiliki kapasitas atau keahlian, kemampuan untuk secara dini, secara awal cepat mengidentifikasi kasus temuan potensi wabah," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Senin (15/2/2021).

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman (dokumen pribadi)

Tindakan antisipatif ini menurutnya merujuk pada Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation).

Termasuk diantaranya mendiagnosa penyakit yang berpotensi hingga upaya dalam memperkuat fasilitas pendukung.

"Jadi ini sangat menginduk pada International Health Regulation sebetulnya. Mendiagnosa penyakit yang berpotensi wabah, termasuk penguatan fasilitas," jelas Dicky.

Menurutnya, seluruh sistem pencegahan hingga penanggulangan harus diperkuat, termasuk sistem yang melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga potensi wabah pun dapat dideteksi sejak awal.

"Jadi dalam masa pandemi Covid-19 inilah, semua sistem ini harus diperkuat, sistem rujukannya, kemudian SDM-nya. Sehingga kita bisa mendeteksi apapun potensi ancaman itu, tidak hanya Ebola," kata Dicky.

Virus Ebola. (Pixabay)

Hal itu karena Indonesia, kata dia, juga berpotensi memunculkan virus yang sama.

Pandemi bisa muncul jika harmonisasi antara manusia, hewan dan alam terganggu.

"Karena kita berpotensi juga melahirkan penyakit, sama, penyakit pandemi bisa. Karena semakin rawan, semakin terganggu harmonisasi hubungan manusia hewan dan alam ini akan juga menimbulkan lahirnya satu pandemi," tegas Dicky.

Ia kembali menekankan bahwa Indonesia perlu memperkuat semua sistem pendukung deteksi dini, termasuk screening untuk mengantisipasi potensi wabah.

"Jadi yang harus disiapkan sekali lagi sistem deteksi dini, screening di setiap pintu masuk, kemudian juga sistem rujukan," tutur Dicky.

Keberadaan para tim ahli (expert) pun dianggap sangat diperlukan, seperti yang dilakukan negara maju yang memiliki tim ahli melalui Global Health Security.

"Termasuk mempersiapkan expert SDM ini, para ahli harusnya dikumpulkan. Kalau di amerika itu atau negara-negara maju, ada yang disebut dengan Global Health Security, ini expert yang membantu presiden untuk memberi masukan," pungkas Dicky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini