Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak penderita kanker yang masih meyakini bahwa obat-obatan yang berasal dari tumbuhan (herbal) mampu menjadi alternatif pengobatan medis.
Namun apakah obat herbal efektif dan aman untuk para penderita kanker ?
Konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi di Siloam Hospitals ASRI, dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD mengatakan yang menjadi kelemahan obat herbal ini adalah bukti ilmiahnya.
Ini yang membedakan obat-obatan herbal dengan pengobatan medis yang telah terbukti secara ilmiah atau evidence based medicine (EBM).
Baca juga: Kenali Gejala Kanker pada Anak Lebih Dini
Menurutnya, obat yang diberikan kepada pasien kanker tentunya tidak boleh hanya berdasar testimoni atau pernyataan seseorang, tanpa melalui pendekatan medik yang didasarkan pada bukti ilmiah.
"Salah satu kelemahan dari obat alternatif atau obat herbal itu, kita tidak bisa buktikan secara keilmiahan atau evidence based. Ya memang harus ada bukti ilmiahnya, apa yang kita berikan ke pasien itu memang terbukti secara ilmiah, bukan testimoni," ujar dr Rizal, dalam agenda virtual bertajuk 'World Cancer Day 2021: Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker Prostat dengan Inovasi Biopsi Robotik', Rabu (17/2/2021).
Ia pun tidak memungkiri bahwa banyak pasien kanker, termasuk kanker prostat yang menanyakan terkait efektivitas obat herbal ini.
Namun ia menekankan, obat yang belum terbukti secara ilmiah, tentunya belum diketahui pula efek sampingnya terhadap kondisi pasien.
"Tapi memang ini banyak sekali ditanya oleh para pasien kanker prostat, 'bagaimana kalau saya meminum obat herbal?' Nah masalahnya adalah obat alternatif atau herbal ini tidak kita ketahui efek sampingnya," kata dr Rizal.
Baca juga: Termasuk Silent Killer, Begini Cara Mencegah Munculnya Kanker ProstatÂ
Baca juga: Ketika Anak Penderita Kanker Jalani Kemoterapi, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?
dr Rizal mengakui bahwa dulu ia tidak melarang pasiennya mengkonsumsi obat herbal, namun dengan catatan bahwa mereka harus mengolah sendiri obat itu sebelum dikonsumsi.
Karena obat herbal ini, kata dia, pada dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan mengkonsuminya pun melalui cara merebus tumbuhan yang diyakini memiliki khasiat itu.
"Dulu di awal saya menganggap 'silakan saja (konsumsi obat herbal) asal itu benar-benar herbal'. Artinya apa? Anda mengelola sendiri, misalnya dari kulit manggis, daun apa atau pohon apa, asal anda yang rebus sendiri, itu tidak apa-apa," jelas Rizal.
Namun pergeseran pun terjadi seiring perkembangan waktu.
Banyak muncul obat-obatan paket yang diimpor dan diklaim memiliki khasiat setara dengan pengobatan medis.
Informasi ini yang ia anggap membahayakan jika diyakini sepenuhnya oleh para penderita kanker.
"Tapi ternyata, lama kelamaan mulai ada obat-obat yang membahayakan," kata dr Rizal.
Pada medical oncology, banyak ditemui pasien kanker yang menanyakan mengenai pengobatan alternatif ini.
Sehingga ia mengingatkan kepada para penderita kanker bahwa obat herbal seperti jamu yang diklaim memiliki khasiat selayaknya obat kemoterapi, belum tentu aman bagi kondisi mereka.
"Nah ini enaknya berdiskusi di Medical Oncology, karena lebih sering ketemu pasien-pasien yang (menanyakan) masalah herbal ini. Itu ternyata waktu beberapa tahun yang lalu, kejadian bahwa (ada asumsi) jamu itu mengandung beberapa obat-obat aktif termasuk kayak obat kemoterapi," tegas dr Rizal.
Oleh karena itu, ia berharap agar para penderita kanker ini selektif dalam memilih obat herbal yang hendak mereka konsumsi, sambil terus menjalankan pengobatan medis yang sedang mereka jalani.
"Jadi ini mesti selektif kembali, dan memang ada beberapa obat herbal yang bisa menurunkan atau membahayakan sisi dari pasien. Jadi kalau ditanya yang bisa (jadi obat herbal), saya tidak bisa menjawab ya, karena kita tahu keamanannya," pungkas dr Rizal.