Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- 7 dari 10 rumah tangga mengomsumsi air dari sarana yang terkontaminasi Bakteri Escherichia coli (E. coli).
Survei tersebut melibatkan 25 ribu sampel rumah tangga atau 2500 blok sensus.
Hal tersebut berdasarkan Survei Kualitas Air Minum (SKAM) tahun 2020 yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan sejumlah stakeholder terkait.
Baca juga: Soal Temuan Susu Formula Berbakteri, Peneliti: Negara Abai Terhadap Kesehatan Anak
Baca juga: Mau Sehat Saat Puasa? Konsumsi 10 Gelas Air, Hindari Minuman Mengandung Kafein Dan Soda
"7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengomsumsi air dari sarana yang terkontaminasi yaitu Ecoli. Saya teringat bahwa 1 dari 3 balita mengalami stunting, dan ini ada hubungan dengan sanitasi erat, sarana air untuk air minum," ujar Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Doddy Izwardy dalam agenda pemaparan Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga Tahun 2020 yang disiarkan virtual, Kamis (1/4/2021).
Doddy pemaparan, mayoritas atau sebanyak 31,1 persen masyarakat memilih air isi ulang.
Lalu, 15,9 persen sumur gali terlindungi, 14,1 sumur bor atau pompa, 3,8 persen sumur gali tak terlindungi, 13,1 persen perpipaan atau air ledeng.
"Masyarakat juga banyak mengomsumsi air dari kemasan bermerk yakni 10,7 persen," ujarnya.
Selanjutnya, masyarakat mengomsumsi air dari terminal air 0,3 persen, 2,5 persen mata air tak terlindungi, 4,2 persen mata air terlindungi, 2,3 persen penampungan air hujan, 1,4 persen air dibeli eceran, 0,6 persen air permukaan.
"14,8 persen rumah tangga mengkomsumsi air dari sumur gali untuk keperluan makan dengan tingkat risiko cemaran tinggu dan amat tinggi," terangnya.
10,6 persen rumah tangga mengakses air dari sumur dengan tinggi cemaran tinggi serta 10 persen rumah tangga menggunakan mata air dengan cemaran yang tinggi.
"Inilah kemudian yang menjadi fokus kita semua bahwa bakteri E.coli banyak di sumur yang tak terlindungi, mata air tak terlindungi, serta air permukaan," paparnya.