Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plasma konvalesen dari penyintas virus corona (Covid-19) kini menjadi 'hal yang sangat berharga'.
Sebab, itu dapat digunakan dalam terapi plasma konvalesen bagi pasien Covid-19.
Namun, saat ini masih banyak penyintas yang enggan mendonorkan plasmanya karena mempertimbangkan beberapa hal.
Padahal tidak semua penyintas memenuhi syarat untuk dapat mendonorkan plasmanya.
Pendiri Komunitas Plasmahero (Plasmahero.ID) Indonesia, dr. Ariani pun menyebutkan tantangan yang dihadapi komunitasnya saat berupaya mengumpulkan plasma dari para penyintas Covid-19 ini.
Komunitas ini merasa kesulitan dalam mengajak penyintas untuk menyumbangkan plasma darahnya.
"Kegiatan Plasmahero.id ini tantangan terbesarnya itu mengajak penyintas untuk mau berdonor, itu sebuah tantangan yang sangat besar," ujar dr Ariani, dalam webinar bertajuk 'Yuk, Donor Plasma!' yang digelar Sinar Mas, PMI dan Plasmahero.ID, Kamis (15/5/2021).
Baca juga: Tidak Semua Penyintas Covid-19 Bisa Donorkan Plasma Konvalesen, Ini Syarat Utamanya
Kendati demikian, ia dan komunitasnya terus berupaya, satu diantaranya melalui edukasi yang diberikan dalam webinar 'Yuk, Donor Plasma!'.
"Jadi kita terus menerus mengusahakan berbagai cara, bagaimana penyintas itu mau berdonor," jelas dr Ariani.
Selain jumlah pendonor yang masih minim, ia juga menghadapi tantangan lainnya.
Tantangan tersebut yakni tidak semua penyintas yang bersedia mendonorkan plasma darahnya dapat memenuhi syarat sebagai pendonor plasma darah.
Karena tidak semua penyintas memenuhi sederet persyaratan yang harus dimiliki.
"Padahal tidak semua penyintas yang ada di daftar itu juga ternyata eligible, seperti langka untuk mendapatkan orang yang bisa lolos donor plasma ini," kata dr Ariani.
Plasma konvalesen bisa didonorkan oleh mereka yang menjadi penyintas atau dinyatakan sembuh dari virus Covid-19.
Lalu apakah semua penyintas Covid-19 boleh mendonorkan plasma konvalesen?
Ketua Bidang Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat dr. Linda Lukitari Waseso mengatakan bahwa tidak semua penyintas dapat mendonorkan plasmanya.
Meskipun dalam tubuh semua penyintas Covid-19 tentunya akan terbentuk antibodi terhadap virus tersebut.
Hal itu karena pihak PMI akan memeriksa terlebih dahulu titer antibodi dari penyintas tersebut apakah memiliki titer antibodi serum spesifik IgG anti SARS-CoV-2 lebih dari 1:320.
Sesuai dengan syarat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Untuk diketahui, setiap penyintas itu pasti akan terbentuk antibodi. Tapi apakah semuanya bisa (mendonorkan)? Tidak bisa, karena kita memeriksakan titer antibodi yang sudah dipersyaratkan oleh Badan POM, yaitu 1 banding 320," kata dr Linda, dalam kesempatan tersebut.
Oleh karena itu, PMI biasanya mengambil pendonor dari para penyintas penyintas yang menjalani perawatan Covid-19 di rumah sakit.
Karena tentunya riwayat penyakit itu dapat diverifikasi melalui bukti dari rumah sakit yang menunjukkan bahwa mereka dirawat karena memang positif terinfeksi Covid-19.
"Sehingga memang Palang Merah Indonesia rata-rata mengambil pendonor penyintas itu mereka yang dirawat di rumah sakit, sehingga ada dokumennya bahwa memang mereka dirawat karena SARS-CoV-2 atau Covid-19," jelas dr Linda.
Selain itu, mereka yang dapat mendonorkan plasmanya adalah penyintas yang menunjukkan hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR) negatif.
Kemudian telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 selama 14 hari.
Lalu saat diperiksa, memiliki titer antibodi sesuai dengan syarat yang ditentukan yakni 1:320.
"Ada PCR-nya negatif dan sudah sembuh selama 14 hari, dan kemudian titer antibodinya kita periksakan memadai untuk menjadi pendonor penyintas Covid-19," pungkas dr Linda.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Kamis (15/4/2021), dalam bidang pengobatan, penggunaan plasma darah bukan merupakan hal yang baru.
Karena plasma darah yang diambil dari penyintas penyakit tertentu sebelumnya telah digunakan untuk terapi pengobatan pada wabah penyakit seperti flu babi pada 2009, kemudian Ebola, SARS dan MERS.