News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Waspadai Meningitis, Risikonya Tuli Permanen Hingga Kematian

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Meningitis

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian besar masyarakat masih terasa asing saat mendengar kata 'Meningitis'. Padahal penyakit infeksi ini tidak boleh dianggap remeh.

Meningitis memang terkadang sulit untuk dikenali karena memiliki gejala awal yang mirip dengan flu, yakni demam dan sakit kepala.

Ini yang membuat penyakit tersebut sering terabaikan karena banyak penderita yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami gejala Meningitis.

Bahkan penyakit ini dianggap sebagai salah satu kegawatdaruratan medis yang tentunya harus mendapatkan prioritas pengobatan.

Dokter Spesialis Anak, dr. Herbowo Soetomenggolo mengatakan pada kasus ringan, penyakit infeksi ini dapat memberikan dampak serius seperti gangguan kognitif dan pendengaran pada anak.

Meningitis dapat menyebabkan anak kehilangan pendengarannya (tuli) secara permanen dan ini tentu saja mempengaruhi proses tumbuh kembangnya.

Baca juga: Mengenal 5 Jenis Meningitis yang Sebabkan Glenn Fredly Wafat, Kenali Gejalanya, Bisa Jadi Menular

Baca juga: Penderita Diabetes Rentan Alami Neuropati, Ini yang Harus Diwanti-wanti Saat Puasa di Bulan Ramadan

"Hal ini dikarenakan kasus ringan pada meningitis bahwa dapat mengakibatkan kecacatan permanen seperti hilangnya pendengaran," ujar dr. Herbowo Soetomenggolo melalui akun Instagram @kenapaharusvaksin, Rabu (21/4/2021).

Sedangkan untuk kasus yang tergolong berat, penyakit ini bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

"Sementara pada kasus berat, dapat mengakibatkan kematian," kata dr. Herbowo.

Perlu diketahui, Meningitis merupakan infeksi yang terjadi pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.

Kendati jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, namun penyakit infeksi ini harus diwaspadai.

Hal itu karena Meningitis merupakan salah satu infeksi yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. 

Ilustrasi Penyakit Meningitis (Pixabay/geralt) (Pixabay/geralt)

Pada 2016, terdapat 4.313 orang dari 78.018 kasus Meningitis di Indonesia.

Angka ini tentunya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kasus dan kematian tertinggi di Asia Tenggara akibat Meningitis.

dr. Herbowo menyampaikan bahwa ada salah satu penyakit Meningitis yang dianggap paling berbahaya yakni Meningokokus Invasif atau Invasive Meningococcal Disease (IMD).

Meningitis jenis ini merupakan infeksi bakteri serius yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.

Bakteri ini dapat menyerang tubuh dan akhirnya menyebabkan munculnya penyakit serius seperti Meningitis.

"Salah satu jenis Meningitis yang paling berbahaya adalah Meningitis yang disebabkan oleh bakteri neisseria meningitidis, yang disebut Invasive Meningococcal Disease," papar dr. Herbowo. 

Indonesia diketahui memiliki risiko importasi kasus IMD yang cukup tinggi.

Hal itu karena jumlah jemaah haji dan umrah serta pekerja migran Indonesia (PMI) yang sangat besar. 

Selain itu, mobilitas yang sangat tinggi terkait perjalanan internasional, ke atau dari Indonesia, turut berkontribusi dalam mendorong peningkatan risiko importasi IMD.

"Karena itu, perlu ditingkatkan pengawasan kesehatan terhadap pelaku perjalanan khususnya yang akan pergi atau datang dari negara endemis. Dan pelaku perjalanan dengan agenda kegiatan yang bersifat massal seperti haji, umrah, dan kegiatan- kegiatan level internasional yakni olah raga atau olimpiade," tutur dr. Herbowo.

Baca juga: Meningitis Rentan Menyerang Balita dan Lansia, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Ia pun mengakui bahwa terkadang IMD sulit didiagnosis lantaran tanda dan gejalanya sering kali mirip dengan penyakit lainnya.

Masa inkubasi penyakit ini pun terjadi selama 1 hingga 10 hari, namun pada umumnya kurang dari 4 hari.

Sedangkan gejala umum yang sering dialami oleh penderita IMD diantaranya sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, sensitif terhadap cahaya (fotofobia), kaku pada bagian leher (kaku kuduk), tanda gangguan neurologis seperti koma.

Penderita IMD ini tentunya harus segera mendapatkan penanganan medis karena berisiko tinggi mengalami kematian.

Konsultan neurology anak ini menyebut tingkat kematian yang disebabkan Meningitis jenis ini berada pada angka 50 persen.

"Jika tidak segera ditangani dengan tepat, orang yang terinfeksi IMD dapat meninggal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh IMD dapat mencapai 50 persen," tegas dr. Herbowo. 

Oleh karena itu, kata dia, penyakit dengan kategori sangat berbahaya ini perlu dicegah melalui pemberian vaksinasi.

Namun mirisnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan utama munculnya penyakit ini masih sangat minim.

Terkait vaksinasi pencegahan Meningitis, terdapat dua tipe vaksinasi yang tersedia saat ini yakni Meningococcal Conjugate Vaccine (MCV) atau vaksin yang mengandung empat serogroup (A, C, Y, W135) Neisseria meningitidis dan Meningococcal Polysaccharide vaccines (MPSV) atau vaksin yang mengandung 4 serogroup (A, C, Y, W135) Eisseria meningitidis.

Meningococcal Conjugate Vaccine (MCV) dapat digunakan pada usia 9 bulan hingga 55 tahun.

Vaksin ini memiliki proteksi lebih lama dengan durasi lebih dari lima tahun setelah vaksinasi dan dapat menginisiasi imunitas seumur hidup.

Sedangkan Meningococcal Polysaccharide vaccines (MPSV) dapat diberikan untuk anak berusia di atas dua tahun.

Namun imunitas dari vaksin ini hanya dapat melindungi selama tiga tahun setelah vaksinasi dan tidak menginisiasi imunitas seumur hidup. 

"Meningitis bisa memberikan dampak serius bahkan mengancam nyawa karena penyakitnya bisa datang secara tiba-tiba. Melalui vaksinasi dan berbagai tindakan pencegahan lainnya, anda bisa menghindari risiko berbahaya dari penyakit ini. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi vaksin terbaik untuk anda," pungkas dr. Herbowo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini