TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Yayasan Kanker Payudara Indonesia kembali melakukan edukasi untuk kalangan usia muda. Kegiatan yang dilakukan melalui virtual talkshow ini yang bertajuk 'Mengenal Tumor Payudara di Usia Muda' diikuti oleh kurang lebih 574 peserta.
Virtual talkshow yang diselenggarakan Kamis (29/4), menghadirkan dr. Febriyanto Kurniawan, Sp.B(K).Onk sebagai narasumber dan Linda Agum Gumelar sebagai host serta dr. Maria Shanty Gultom sebagai moderator.
Talkshow virtual ini juga mendapat support penuh dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atmajaya, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Linda Agum Gumelar yang merupakan survivor kanker payudara sekaligus host dalam acara talkshow ini mengatakan bahwa YKPI berusaha mengambil langkah untuk menekan angka penyakit kanker payudara stadium lanjut dengan cara mengedukasi masyarakat khususnya kalangan usia muda untuk dapat lebih memahami bahayanya penyakit kanker payudara.
“Di dunia kasus baru kanker payudara akan terus meningkat begitu pula di prediksi di Indonesia. Menanggapi hal tersebut dan untuk mengantisipasi lonjakan kasus-kasus baru, kami merasa perlu mengambil langkah untuk mensosialisasi dan mengedukasi masyarakat muda untuk memahami sejak awal tentang kanker payudara agar dapat menekan angka kanker payudara stadium lanjut sesuai dengan visi dari YKPI. Karena jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal dan langsung dilakukan pemeriksaan ke dokter, ditangani secara medis, maka angka harapan hidupnya lebih tinggi. Melalui kegiatan seperti ini, kami berharap peserta selain bisa menerapkan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) secara rutin, bila ada benjolan di payudara segera periksakan diri ke dokter juga menjalankan perilaku hidup sehat dengan menerapkan perilaku CERDIK. Apa itu CERDIK ? CERDIK adalah kepanjangan dari C (Cek Kesehatan Rutin), E (Enyahkan Asap Rokok), R (Rajin Aktifitas Fisik), D (Diet yang Seimbang), I (Istirahat Cukup) dan K (Kelola Stress),” urai Linda Gumelar.
Senada dengan Linda Agum Gumelar, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katholik Atma Jaya, Dr.dr. Felicia Kurniawan, M.Kes juga mengatakan bahwa perlunya perhatian lebih untuk bisa menekan angka kanker payudara stadium lanjut.
“Kanker menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia setelah jantung dan stroke. Kanker dominan terjadi pada wanita adalah kanker payudara dan kanker serviks. Saat ini tidak sedikit remaja putri menderita tumor di payudaranya meskipun tidak semuanya berkembang menjadi kanker. Tetapi, data penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan usia penderita kanker terutama di usia remaja akibat adanya perubahan gaya hidup. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian diantara semua penyakit kanker yang diderita wanita di Indonesia. Meningkatnya angka kematian akibat kanker payudara salah satunya karena terdeteksi sudah stadium lanjut. Untuk mengatasi hal tersebut, tentunya kita perlu memberikan perhatian dan upaya yang lebih besar dalam melakukan promosi kesehatan dalam pencegahan penyakit kanker payudara dan lakukan deteksi dini secara berkala. Dengan demikian diharapkan angka kejadian kanker payudara dan angka kematian akibat kanker payudara dapat diturunkan,” kata Dr.dr.Felicia Kurniawan, M.Kes
Perlunya mengenal dan memahami tentang penyakit tumor payudara di usia muda juga diungkapkan Faisal, MM. Par (Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung). Faisal menuturkan anak muda membutuhkan pengetahuan dan literasi tentang penyakit tumor payudara.
“Menurut saya tema ini sangat tepat dengan kondisi yang terjadi saat ini dimana dibutuhkan pengetahuan, literasi yang bersifat holistik khususnya di era teknologi tinggi yang menyentuh hingga ke seluruh aspek kehidupan manusia dan segala implikasinya. Peran kampus dalam hal ini wajib mendukung upaya pencegahan resiko tumor payudara melalui program sosialisasi kepada mahasiswa dan mahasiswi mengenai tumor payudara dan pentingnya menjaga pola hidup sehat, pendeteksian dan pemeriksaan dini mahasiswa-mahasiswi terhadap penyakit generatif seperti tumor, kanker dan sebagainya,” tutur Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Faisal MM. Par.
Tumor merupakan kanker jinak yang tidak bisa dibiarkan begitu saja dan harus ditangani dengan maksimal. Meskipun jinak, penyakit ini tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus mendapatkan perhatian khusus dari para perempuan terutama yang masih berusia muda. Deteksi dini adalah cara yang paling ampuh untuk menemukan tanda-tanda adanya penyakit tumor atau kanker sedini mungkin.
“Setiap pertumbuhan benjolan yang abnormal yang berada di tubuh kita itu disebut tumor. Tumor yang terdapat di payudara adalah tumor yang sangat banyak terjadi pada perempuan. Kanker payudara itu adalah kanker nomor satu yang angka kejadiannya terjadi pada perempuan. Kadang-kadang tumor payudara pada usia muda itu terabaikan, karena perempuan pada usia muda kurang peduli dan mungkin pengetahuannya tentang tumor payudara juga kurang. Kelainan ini sangat penting untuk diketahui dan jangan dibiarkan. Karena, pada usia muda setelah haid tumor-tumor yang banyak timbul sebagian besar jinak tetapi tetap harus ditangani dengan maksimal,” ujar Dokter Spesialis Bedah Onkologi RS Dharmais, dr.Febriyanto Kurniawan,Sp.B(K).Onk
“Salah satu deteksi dini adalah SADARI yaitu periksa payudara sendiri, tetapi selain itu ada juga SADANIS yaitu pemeriksaan payudara secara klinis. Deteksi dini tidak bisa selesai di SADARI saja. Apabila terdapat benjolan jangan sampai hanya selesai di SADARI saja karena harus dilanjutkan ke SADANIS, terlebih terdapat kelainan saat melakukan SADARI. Tujuannya adalah menemukan tanda-tanda adannya benjolan sedini mungkin. Intinya adalah pada pemeriksaan payudara yang penting semua bagian dari payudara harus diperiksa, apakah mau dengan cara memutar atau atas bawah itu terserah yang penting semua bagian terperiksa,” paparnya
Dokter kelahiran Palembang, 22 Februari 1977 itu juga menyampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan laki-laki juga dapat mengidap tumor payudara walaupun kemungkinannya sangat kecil.
“Pada laki-laki memang tidak tertutup kemungkinan adanya tumor pada payudara, tetapi keganasan itu kecil sekali kemungkinannya yaitu 1: 100 perbandingannya. Sebenarnya pada laki-laki lebih mudah untuk melakukan deteksi dini. Beda dengan wanita yang memiliki permukaan payudara yang tebal. Pada laki-laki, lebih mudah untuk menemukan benjolan atau kelainan yang terdapat pada payudara karena payudara pada laki-laki memiliki permukaan yang tipis. Sementara itu untuk laki-laki sesuai dengan pengalaman kami di klinik, kami menemukan kasus-kasus tumor atau kanker pada laki-laki masih di stadium-stadium awal sangat jauh berbeda dengan perempuan,” tutur dr. Febri.