News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenali Beda Pola Demam karena Dengue dan Covid-19,  Ada yang Mendadak dan Langsung Tinggi

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kenali Beda Pola Demam karena Dengue dan Covid-19,  Ada yang Mendadak dan Langsung Tinggi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dengue dan COVID-19 merupakan penyakit yang perlu diwaspadai.

Keduanya memiliki kesamaan gejala yakni mengalami demam.

Namun ternyata, ada perbedaan pola demam yang terjadi di antara kedua penyakit tersebut.

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menjelaskan, pada demam dengue fase demam itu terjadi akibat diremia, diremia artinya di dalam darah ada virus yang beredar.

Baca juga: Pasien Covid-19 di Palu Ditemukan Tewas Tergantung dalam Kamar Mandi RS, Ini Kronologinya

Baca juga: Bunga Zainal Dilarikan ke Rumah Sakit, Sebut Bukan karena Covid-19: Ada Infeksi pada Darah

Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari.

''Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi.

Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas.

Ilustrasi demam (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah,'' kata Erni pada Konferensi Pers Asen Dengue Day 2021 secara virtual, beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan demam COVID-19, demam bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).

''Bedanya dengan COVID-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi,'' ucapnya.

Baca juga: Bisa Mengontrol Gula Darah dan Obat Demam Berdarah, Ini Enam Manfaat Daun Pepaya

Baca juga: Sakit Demam Berdarah hingga Dirawat di RS, Hotman Paris Ungkap Kondisinya Kini

Perlu dipahami juga bahwa sebelum seseorang mengalami demam dengue, akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu.

Jadi penularan dengue tidak terjadi seketika tetapi ada masa inkubasinya selama 5-10 hari.

Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah kemudian menimbulkan penyakit atau demam.

Erni menambahkan pada pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

*Demam Dengue dan Covid-19 pada Anak-anak*

Sementara bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas .

Namun hal itu tidak terjadi pada pasien anak COVID-19.

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan, yang dominan pada demam dengue adalah demam diikuti sakit kepala dan batuk pilek yang lebih ringan dibanding pada COVID-19.

''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' katanya.

Mengompres menggunakan air dingin tidak akan efektif menurunkan suhu tubuh saat anak demam (Istimewa)

Kemudian pada COVID-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam, itu bisa sampai 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigen nya menurun.

Untuk fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam.

Kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6.

''Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi,'' ucapnya.

Pada fase kritis di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan kan pembuluh darah bocor.

Kalau cairan obat yang diberikan kurang maka kemungkinan akan menyebabkan kematian. Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan.

Berbeda pada kasus COVID-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.

''Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian," terang dr.Mulya.

Sedangkan pada COVID-19 demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak.

Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini