News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

9 TANYA JAWAB Seputar Vaksin Moderna: Berapa Efikasinya dan Haruskah Ibu Hamil Divaksin?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Vaksin Moderna. Ini 9 pertanyaan terkait vaksin Covid-19 dari Moderna. Seperti, berapa efikasinya, siapa yang harus divaksin, termasuk bolahkan ibu hamil divaksin

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna telah tiba di Indonesia pada Minggu (11/7/2021).

Vaksin mRNA nantinya akan diberikan sebagai dosis ketiga untuk para tenaga kesehatan.

Dilansir European Medicines Agency, vaksin Covid-19 Moderna bekerja dengan mempersiapkan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap Covid-19.

Vaksin ini berisi molekul yang disebut messenger RNA (mRNA) yang memiliki instruksi untuk membuat protein spike.

Protein spike adalah protein pada permukaan virus SARS-CoV-2 yang dibutuhkan virus untuk masuk ke dalam sel tubuh.

Ketika seseorang diberikan vaksin, beberapa sel tubuh akan membaca mRNA dan untuk sementara menghasilkan protein spike.

Baca juga: Disiapkan Jadi Vaksin Ketiga, Ketua DPD RI Minta Pemerintah Pastikan Efektivitas Moderna

Baca juga: 3 Juta Dosis Vaksin Moderna dari AS Tiba di Indonesia

Botol vaksin Moderna diletakkan di atas meja di klinik vaksinasi Covid-19 Hartford Healthcare di pusat komunitas McGivney Gereja Katolik Saint Charles Borromeo, di Bridgeport, Connecticut pada 20 April, 2021. (Joseph Prezioso / AFP)

Sistem kekebalan orang tersebut kemudian akan mengenali protein ini sebagai benda asing dan menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel T (sel darah putih) untuk menyerangnya.

Jika di kemudian hari, orang tersebut terkena virus SARS-CoV-2, sistem kekebalannya akan mampu mengenalinya dan siap untuk mempertahankan tubuh melawannya.

Mengutip situs resmi WHO, berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan seputar vaksin Covid-19 dari Moderna.

1. Siapa yang harus divaksinasi terlebih dahulu?

Seperti semua vaksin COVID-19, petugas kesehatan yang berisiko tinggi terpapar dan orang tua harus diprioritaskan untuk divaksinasi.

2. Siapa lagi yang bisa divaksin?

Komorbiditas yang dipelajari dalam uji klinis fase 3 yaitu penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung yang signifikan, obesitas berat, diabetes, penyakit hati dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV).

Vaksinasi direkomendasikan untuk orang dengan penyakit komorbid di atas, yang bisa meningkatkan risiko COVID-19 parah.

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk orang dengan gangguan kekebalan, orang-orang dalam kategori ini juga perlu divaksinasi setelah berkonsultasi dengan dokter.

Orang dengan HIV berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang parah.

Penerima vaksin HIV-positif harus diberikan informasi dan konseling sebelum vaksinasi.

Vaksinasi juga dapat ditawarkan kepada orang yang pernah terpapar COVID-19 sebelumnya.

Tetapi mereka mungkin harus menunda vaksinasi hingga enam bulan sejak saat terinfeksi.

Efektivitas vaksin diharapkan serupa pada wanita menyusui seperti pada orang dewasa lainnya.

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin pada wanita menyusui seperti pada orang dewasa lainnya.

WHO tidak merekomendasikan penghentian menyusui karena vaksinasi.

3. Haruskah ibu hamil divaksinasi?

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin COVID-19 pada ibu hamil jika manfaat vaksinasi lebih besar daripada potensi risikonya.

Untuk membantu wanita hamil membuat penilaian ini, mereka harus diberi informasi tentang risiko COVID-19 dalam kehamilan, kemungkinan manfaat vaksinasi dalam konteks epidemiologi lokal, serta terbatasnya data penelitian keamanan saat ini pada wanita hamil.

WHO tidak merekomendasikan dilakukannya tes kehamilan sebelum divaksin.

WHO juga tidak merekomendasikan menunda kehamilan atau mengakhiri kehamilan karena vaksinasi.

4. Siapa yang tidak harus divaksin?

Individu dengan riwayat reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin apa pun tidak boleh mendapatkan vaksin Moderna atau vaksin mRNA lainnya, seperti vaksin Pfizer.

Sementara vaksinasi direkomendasikan untuk orang tua karena risiko tinggi COVID-19 dan kematian yang parah, orang tua yang sangat lemah dengan harapan hidup kurang dari 3 bulan harus diobservasi secara individual.

Sementara ini, vaksin Moderna juga tidak boleh diberikan kepada orang yang berusia kurang dari 18 tahun, sambil menunggu hasil penelitian lebih lanjut.

5. Berapa dosis yang dianjurkan?

Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO (SAGE) merekomendasikan penggunaan vaksin Moderna mRNA-1273 dengan dua dosis (100 g, 0,5 ml masing-masing) dengan jarak selama 28 hari.

Jika perlu, interval antara dosis dapat diperpanjang hingga 42 hari.

Penelitian telah menunjukkan dampak kesehatan masyarakat yang tinggi di mana intervalnya lebih lama dari yang direkomendasikan oleh EUL.

Oleh karena itu, negara-negara yang menghadapi kasus tinggi COVID-19 dengan kendala pasokan vaksin yang parah, dapat mempertimbangkan untuk menunda dosis kedua hingga 12 minggu, sementara dosis yang ada digunakan sebagai dosis pertama penerima lainnya.

Kepatuhan akan jadwal penerimaan vaksin dianjurkan dan produk yang sama harus digunakan untuk kedua dosis.

6. Apakah aman?

Pada 30 April, WHO memasukkan vaksin Moderna untuk penggunaan darurat.

Daftar Penggunaan Darurat (EUL) WHO menilai kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin COVID-19 dan merupakan prasyarat untuk pasokan vaksin Fasilitas COVAX.

EMA telah menilai secara menyeluruh data tentang kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin Moderna COVID-19 dan mengizinkan penggunaannya di seluruh Uni Eropa.

SAGE merekomendasikan agar semua penerima vaksin diamati setidaknya selama 15 menit setelah vaksinasi.

Mereka yang mengalami reaksi alergi parah langsung pada dosis pertama tidak boleh menerima dosis kedua.

7. Berapa efikasi vaksin itu?

Vaksin Moderna telah terbukti memiliki kemanjuran sekitar 94,1 persen dalam melindungi dari COVID-19, mulai 14 hari setelah dosis pertama.

8. Apakah vaksin Moderna bisa melawan virus varian baru?

Berdasarkan bukti sejauh ini, varian baru SARS-CoV-2, termasuk B.1.1.7 (Alpha) dan 501Y.V2 (Beta), tidak mengubah efektivitas vaksin mRNA Moderna.

Pemantauan, pengumpulan, dan analisis data varian baru dan dampaknya terhadap efektivitas diagnostik, perawatan, dan vaksin COVID-19 masih berlanjut.

9. Apakah vaksin ini mencegah infeksi dan penularan secara berkelanjutan?

WHO belum mengetahui apakah vaksin Moderna akan mencegah infeksi dan melindungi dari penularan selanjutnya.

Kekebalan bertahan selama beberapa bulan, tetapi durasi penuhnya belum diketahui.

Pertanyaan-pertanyaan penting ini sedang diteliti.

Sementara itu, kita harus menjaga protokol kesehatan, seperti memakai masker, physical distancing, cuci tangan, menjaga etika saat batuk, menghindari keramaian, dan memastikan ventilasi terjaga dengan baik.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar vaksin Covid-19 Moderna

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini