News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

7 Hal yang Perlu Diketahui soal Vitamin D yang Banyak Dicari Saat Pandemi Covid-19

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana masyarakat berbelanja obat dan peralatan medis di Pasar Pramuka, Jalan Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Rabu(30/5/2021). Meningkat virus Covid 19 menimbulkan meningkatnya permintaan multi vitamin dan beberapa jenis obat lainnya. Banyaknya permintaan membuat harga menjadi naik bahkan obat jenis antibiotik langka. Begitu juga persedian tabung Oksigen mulai tipis persediaanya. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Infeksi virus corona penyebab Covid-19 menyerang sistem imun tubuh.

Maka tak jarang, jika vitamin D sering diberikan kepada pasien Covid-19.

Lantas, seperti apa hubungan vitamin D dan Covid-19? 

"Vitamin C, D dan E paling sering dihubungkan dengan sistem imun. Vitamin D memang salah satu yang berkorelasi dengan sistem imun tubuh," kata Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (7/7/2021)  lalu.

Sumber Vitamin D Harian

Prof Zullies mengatakan bahwa kebutuhan vitamin D harian, sebenarnya dapat dipenuhi dari konsumsi makanan sehat dan berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Seperti dilansir dari Mayo Clinic, vitamin adalah nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk membangun dan menjaga kesehatan tulang.  

Vitamin D juga mengatur banyak fungsi seluler lainnya dalam tubuh.

Selain itu, manfaat vitamin D juga bersifat anti-inflamasi atau anti peradangan, antioksidan, serta neuroprotektif yang terkandung dapat mendukung kesehatan kekebalan tubuh, fungsi otot, dan aktivitas sel otak.

Baca juga: Tentang Vitamin D untuk Terapi Penyembuhan Covid-19, Ahli Beri Penjelasan Begini

Banyak Dicari Masyarakat

Akhir-akhir ini suplemen vitamin D banyak diburu masyarakat, karena diyakini manfaatnya dalam meningkatkan imun tubuh dan mencegah infeksi Covid-19.

Sumber vitamin D, seperti dikutip dari Mayo Clinic, tidak secara alami dapat ditemukan di banyak jenis makanan.

Akan tetapi, vitamin D bisa ditemukan pada susu, sereal, dan ikan dengan lemak baik seperti salmon, makarel dan sarden.

Seperti disebutkan juga oleh Prof Zullies, bahwa vitamin D juga bisa diperoleh dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Sebab, sinar matahari dapat langsung mengubah bahan kimia di kulit kita menjadi bentuk aktif vitamin (kalsiferol).

"Tubuh kita itu sebenarnya menghasilkan vitamin D, cuma harus dikonversi menjadi vitamin D yang aktif dengan bantuan sinar matahari," jelas Prof Zullies.

Kendati sumber vitamin D bisa dihasilkan sendiri oleh tubuh dan konsumsi makanan sehat, namun tak dipungkiri, apabila suplemen tambahan vitamin D juga dibutuhkan, terutama dalam meningkatkan imun atau kekebalan dari potensi infeksi Covid-19.

"Dari beberapa kajian mengungkapkan bahwa ternyata rata-rata orang memiliki kadar vitamin D yang rendah, sehingga perlu tambahan asupan vitamin dari luar, seperti dari suplemen," jelas Prof Zullies.

Vitamin D dalam terapi Covid-19

Vitamin D sebagai suplemen untuk terapi Covid-19, diberikan pada dosis yang berbeda dengan suplemen harian pada orang yang sehat yang manfaatnya diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Prof Zullies menjelaskan kebutuhan vitamin D pada orang yang sehat dan orang yang sedang sakit, khususnya mereka yang terkena Covid-19, tentu berbeda.

Untuk menjaga kesehatan dan imun tubuh, dosis vitamin D yang disarankan per hari yakni antara 400IU hingga 1000IU.

Sebab, asupan vitamin D sudah tercukupi dari makanan sehat yang dikonsumsi sehari-hari.

Namun, berbeda pada orang sedang sakit, terutama mereka yang sedang terinfeksi Covid-19.

Dosis Vitamin D

Dosis vitamin D yang diberikan atau disarankan juga berbeda. Pada pasien Covid-19, vitamin D yang dikonsumsi untuk memulihkan imun atau kesehatan pada kelompok ini, kata Prof Zullies, bisa mencapai 5000IU atau lebih.

"Pada dasarnya, vitamin D tambahan relatif aman dikonsumsi setiap hari, untuk dosis sekitar 400IU. Namun, untuk dosis yang lebih tinggi, sebaiknya tidak dikonsumsi untuk waktu yang lama," jelas Prof Zullies.

Prof Zullies mengatakan bahwa batas toleransi vitamin D yang dikonsumsi yakni 10.000IU per hari.

Jangan Berlebihan

Akan tetapi, tidak disarankan mengonsumsi vitamin D hingga 40.000IU per hari, sebab dengan dosis vitamin setinggi itu, dapat menyebabkan keracunan.

"Vitamin D larut dalam lemak, jika dosisnya terlalu tinggi maka akan sulit dieliminasi dalam tubuh. Sama dengan vitamin C yang larut dalam air, jika terlalu banyak akan dikeluarkan melalui urin, dan bisa terdeposit terlalu lama dalam tubuh," papar Prof Zullies.

Prof Zullies menyarankan sebagai langkah preventif yakni mencegah penyakit dan menjaga kesehatan serta menjaga imun, maka dosis vitamin D yang disarankan sekitar 400IU sudah cukup.

Namun, untuk terapi penyembuhan sakit, seperti pada pasien Covid-19, dosis vitamin D yang dikonsumsi bisa 1000IU hingga 5000IU.

Benarkah bisa obat infeksi Covid-19?

Berbagai studi terkait vitamin D dilakukan oleh para ahli untuk menemukan manfaatnya dalam mengobati infeksi Covid-19.

Temuan dari penelitian kecil yang hasilnya diterbitkan di The Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology mengungkap tentang hal ini.

Disebutkan, vitamin D bisa memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona.

Para peneliti dari Universitas Cordoba, Spanyol, meneliti 76 pasien Covid-19 yang dirawat di Reina Sofia University Hospital.

Semua pasien menerima pengobatan terbaik. Namun, di antara mereka ada 50 pasien yang menerima kalsifediol.

Kalsifediol adalah bentuk metabolisme vitamin D3 yang dapat meningkatkan kadar vitamin D dengan cepat pada pasien.

Nah, penelitian ini menemukan, pasien yang menggunakan kalsifediol mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk masuk dalam perawatan intensif.

Lebih dari itu, tidak ada dari pasien-pasien tersebut yang akhirnya meninggal dunia.

Sedangkan, pada kelompok kontrol (yang tidak mengonsumsi kalsifediol) yang berjumlah 26 pasien, ada 13 pasien dirawat di unit perawatan intensif, dan dua orang meninggal dunia.

Tiga dosis kalsifediol dalam studi ini (0,532 mg di hari pertama, dan 0,266 mg di hari ketiga dan ketujuh) dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.

Selain itu, disimpulkan pula bahwa dosis tersebut pun bisa menurunkan risiko komplikasi.

"Kalsifediol bisa mengurangi infeksi penyakit yang parah, namun uji coba lebih besar diperlukan untuk menemukan jawaban yang pasti," kata peneliti.

Saran untuk penderita Covid-19

Dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dari Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc SpP(K) menganjurkan sejumlah vitamin untuk orang yang terinfeksi Covid-19.

“Kalau ada gejala ringan, minum vitamin C, vitamin D, dan ditambah antivirus yang diresepkan oleh dokter. Jangan tentukan sendiri,” ujarnya dalam Webinar bertajuk “Isolasi Mandiri Pasien Covid”, Jumat (2/7/2021).

Selain mengonsumsi obat dan vitamin, pasien Covid-19 juga disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat dan seimbang serta rutin olahraga ringan.Vitamin D bagi Pasien Covid-19 Saat Isolasi Mandiri

Meskipun pasien secara acak diminta mengonsumsi kalsifediol, ada lebih banyak pasien dalam kelompok kontrol dengan tekanan darah tinggi dan diabetes.

Kedua penyakit ini merupakan faktor risiko komplikasi Covid-19 yang parah.

Sehingga bisa disimpulkan, mengapa kelompok kontrol cenderung memperoleh hasil yang buruk.

Belum ada jawaban jelas apakah kalsifediol lebih efektif mencegah infeksi parah Covid-19, dibandingkan bentuk suplemen vitamin D lainnya.

Kalsifediol lebih kuat dan lebih mudah diserap daripada bentuk vitamin D lain, sehingga lebih efektif dikonsumsi pasien dengan penyakit atau gangguan pencernaan.

Para peneliti juga tidak melihat apakah pasien kekurangan vitamin D sebelum pengobatan.

Penelitian lain menemukan orang dewasa di awal musim semi, sering mengalami kekurangan vitamin D.

Kondisi itu muncul karena mereka jarang terkena paparan sinar matahari, yang merupakan sumber alami vitamin D.

Temuan lebih dalam berguna untuk menentukan manfaat vitamin D alami dalam pengobatan Covid-19.

Pasalnya, belum jelas diketahui apakah suplemen vitamin D dapat memperbaiki kekurangan nutrisi.

Atau, apakah pasien yang sudah memenuhi asupan vitamin D bisa memperoleh manfaat dari mengonsumsi vitamin D lebih banyak.

Banyak penelitian yang menemukan kaitan antara kekurangan vitamin D dan risiko Covid-19.

Penelitian terbaru ini hanyalah studi kecil pertama yang menunjukkan asupan vitamin D dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.

Studi lainnya

Sebelumnya, banyak studi yang mengungkap asupan vitamin D dalam jumlah cukup terkait dengan hasil yang lebih baik untuk virus corona.

Ditemukan pula hubungan antara kadar vitamin D dan hasil virus corona, meskipun tidak ditemukan hubungan sebab akibat.

Sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan, pasien yang memenuhi asupan vitamin D memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terkena komplikasi berbahaya dari Covid-19.

Komplikasi yang dimaksudkan, antara lain keadaan sulit bernapas atau pun tidak sadarkan diri.

Sementara itu, dari studi kecil lainnya, terungkap orang yang kekurangan vitamin D memiliki kemungkinan dua kali lipat terinfeksi Covid-19.

Sumber Vitamin D dari Konsumsi Makanan

Selain dari paparan sinar matahari, vitamin D juga bisa diperoleh melalui konsumsi makanan tertentu.

Dilansir dari Healthline, 18 Desember 2019, berikut adalah makanan yang tinggi vitamin D dan penting untuk dikonsumsi.

1. Ikan salmon

Ikan salmon merupakan ikan berlemak yang tinggi vitamin D. Menurut United States Department of Agriculture (USDA) Food Composition Database, 100 gram ikan salmon mengandung 526 IU vitamin D atau sekitar 66 persen dari kebutuhan harian.

Sementara itu, 100 gram ikan salmon liar bisa mengandung 988 hingga 1.300 IU vitamin D atau sekitar 124 persen dari kebutuhan harian.

2. Ikan sarden

Ikan sarden kalengan juga merupakan makanan tinggi vitamin D. Sebanyak 3,8 ons ikan sarden kalengan mengandung 177 IU vitamin D atau 22 persen dari kebutuhan harian.

Jenis ikan berlemak lainnya yang juga termasuk sumber vitamin D yang baik adalah ikan mackerel yang mengandung 360 IU.

3. Minyak hati ikan cod

Minyak hati ikan cod merupakan salah satu suplemen yang sangat popular. Bagi yang tidak suka menyantap ikan, mengonsumsi minyak ikan cod bisa jadi pilihan cerdas untuk mendapatkan asupan vitamin D.

Terdapat sekitar 488 IU per sendok the minyak hati ikan cod. Selain itu, minyak hati ikan cod juga mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, yakni satu sendok tehnya telah memenuhi sekitar 150 persen dari kebutuhan harian vitamin A.

4. Tuna kalengan

Tuna kalengan tidak hanya praktis dan lezat. Ia juga termasuk makanan tinggi vitamin D yang menyehatkan.

Sebanyak 100 gram tuna kalengan mengandung 268 IU vitamin D atau sekitar 34 persen dari kebutuhan harian.

5. Kuning telur

Ikan bukanlah satu-satunya makanan tinggi vitamin D. Telur utuh, terutama kuning telur, juga merupakan sumber vitamin D yang baik.

Sebagian besar protein dalam telur ditemukan di bagian putihnya, sedangkan kuning telur menyimpan lemak, vitamin, dan mineral.

Satu butir kuning telur mengandung 37 IU vitamin D atau sekitar 5 persen dari kebutuhan harian. Kadar vitamin D dalam kuning telur bisa dipengaruhi oleh paparan sinar matahari dan kandung pakan ayam yang digunakan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vitamin D "Bentengi" Tubuh dari Infeksi Parah Covid-19"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Manfaat Vitamin D bagi Pasien Covid-19 Saat Isolasi Mandiri"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini