Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan dr Lois Owien terkait covid-19 bikin heboh jagat media sosial.
Ia menyebut pasien covid-19 meninggal bukan karena virus, melainkan interaksi obat yang diminum selama perawatan.
Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, Prof DR APT Zullies Ikawati turut menanggapi hal ini. Ia memaparkan jika interaksi obat bisa saja menimbulkan dampak.
Namun, lanjut dia, tidak selalu menimbulkan konotasi yang berbahaya.
Interaksi obat malah juga kerap menimbulkan manfaat. Interaksi obat sendiri merupakan efek saat obat yang satu dengan lainnya digunakan bersama.
Baca juga: UPDATE Kasus Hoaks dr Lois, IDI Hormati Keputusan Polisi, Sidang Etik Masih Tunggu Proses Hukum
Katakanlah hipertensi yang hanya satu penyakit. Namun, kata Zullies bisa membutuhkan lebih banyak obat. Jika tidak terkontrol, maka ditambahkan dengan lain.
Bahkan dari satu penyakit, bisa dikombinasikan dengan tiga jenis obat.
Pada kombinasi tersebut, tentu ada interaksi obat. Masing-masing bekerja untuk menurunkan tekanan darah.
Baca juga: dr Tirta Curiga dr Lois Hanya Ngaku sebagai Dokter, Jawabannya Ngelantur saat Ditanyai Pendidikan
Di sisi lain, Zullies menekankan jika kombinasi obat juga harus dilakukan secara rasional.
Sebab, setiap orang memiliki mekanisme tubuh yang beda-beda. Selain menguntungkan, kombinasi obat juga dapat menimbulkan efek lain.
"Secara umum, interaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya efek farmakologi obat lain (bersifat sinergis atau additif). Atau mengurangi efek obat yang lain (antagonis) atau meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan,"paparnya dalam Dialog Interaktif Nasional (Diginas) yang diadakan Tribunnews, Rabu (14/7/2021).
Ia pun mengatakan jika interaksi obat tidaklah mematikan. Karena kata Zullies segala tindakan dan pemilihan obat telah dipertimbangkan baik dan buruknya.
"Kadang jika obat yang diberikan punya efek samping serupa, tidak disarankan diminum secara bersama. Kami sarankan pilih salah satu. Sejauh ini enggak ada yang sampai mematikan dan itu harus dilihat per kasus. Karena respon orang bisa berbeda. Walaupun obat sama, respon nya beda," pungkasnya.