TRIBUNNEWS.COM - Berikut penyebab, faktor risiko, dan dampak cerebral palsy bagi penderitanya.
Tepat pada 6 Oktober, Hari Cerebral Palsy Sedunia diperingati.
Cerebral palsy adalah cacat fisik yang disebabkan oleh cedera otak selama kehamilan, kelahiran, atau setelah lahir.
Cerebral palsy dialami oleh berbagai kalangan maupun usia.
Penderita yang mengalami cerebral palsy dapat dimulai dari usia bayi maupun usia dewasa.
Baca juga: Sejarah dan Fakta Cerebral Palsy yang Diperingati Setiap 6 Oktober
Dikutip dari cparf.org, Rabu (6/10/2021), cerebral palsy mempengaruhi gerakan, koordinasi, tonus dan kontrol otot, refleks, postur, dan keseimbangan tubuh.
Hal tersebut merupakan cacat fisik seumur hidup yang paling umum di dunia.
Berikut ulasan selengkapnya mengenai cerebral palsy, dikutip dari cparf.org:
Penyebab cerebral palsy
Tidak ada penyebab tunggal dari cerebral palsy, meskipun prematur dan stroke merupakan dua penyebab terbesar.
Sebagian besar kasus cerebral palsy tidak diketahui penyebabnya.
Namun, para peneliti sekarang mengetahui bahwa hanya sebagian kecil dari kasus cerebral palsy yang timbul dari komplikasi terkait kelahiran, seperti kekurangan oksigen.
Secara ilmiah, cerebral palsy biasanya muncul dari serangkaian peristiwa yang menyebabkan atau mempercepat cedera pada otak yang sedang berkembang.
Misalnya, meskipun kelahiran prematur adalah faktor risiko terbesar untuk cerebral palsy, tetapi serangkaian peristiwa dapat menjadi penyebab dari cerebral palsy, bukan kelahiran prematur itu sendiri.
Faktor risiko
Sementara faktor risiko tidak menyebabkan cerebral palsy, tetapi dapat meningkatkan kemungkinan diagnosis cerebral palsy.
Faktor tersebut di antaranya:
- Kelahiran prematur lebih awal dari 37 minggu.
- Kehilangan oksigen yang berkepanjangan selama kehamilan atau proses kelahiran.
- Berat badan lahir rendah.
- Menjadi kembar, baik kembar tiga atau kelahiran ganda lainnya.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan pada prematuritas dan berat badan lahir rendah.
- Penyakit kuning parah setelah lahir.
- Masalah pembekuan darah.
- Ketidakmampuan plasenta untuk menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang berkembang.
- Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi.
- Infeksi ibu di awal kehamilan dengan campak Jerman atau penyakit virus lainnya.
- Infeksi bakteri pada ibu, janin, atau bayi yang menyerang sistem saraf pusat anak.
Apakah cerebral palsy bersifat genetik atau keturunan?
Cerebral palsy familial jarang terjadi karena hanya 1 persen orang dengan cerebral palsy akan memiliki saudara kandung yang juga mengalami hal tersebut.
Cerebral palsy juga jarang terjadi pada anak kembar.
Ketika salah satu saudara kembar menderita cerebral palsy, hanya 10 persen dari saudara kembar yang juga akan mengalaminya.
Para peneliti umumnya percaya bahwa kecenderungan genetik untuk karakteristik tertentu seperti prematur atau masalah jantung berpotensi bertindak sebagai awal dari serangkain peristiwa yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami cerebral palsy.
Bagaimana cerebral palsy mempengaruhi orang?
Cerebral palsy mempengaruhi postur, keseimbangan, dan kemampuan seseorang untuk bergerak.
Hal tersebut juga dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, makan, dan tidur.
Bagian tubuh yang terkena cerebral palsy, tingkat keparahan dan kombinasi gejalanya bisa berbeda untuk setiap orang.
Misalnya, satu orang mungkin memiliki kelemahan di satu tangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas tertentu seperti menulis atau mengikat tali sepatu.
Sementara orang lain mungkin memiliki sedikit atau tidak ada kendali sama sekali terkait dengan gerakan atau ucapan mereka sehingga memerlukan bantuan 24 jam.
Orang dengan cerebral palsy mungkin mengalami gerakan yang tidak terkendali atau tidak terduga, otot bisa kaku, lemah atau kencang.
Bahkan, beberapa kasus orang mengalami gerakan gemetar.
Orang dengan cerebral palsy yang parah mungkin juga mengalami kesulitan dalam melakukan beberapa hal berikut ini:
- Menelan;
- Bernapas;
- Kontrol kepala dan leher;
- Kontrol kandung kemih dan usus;
- Makan;
- Memiliki masalah gigi dan pencernaan.
Orang dengan cerebral palsy mungkin juga memiliki berbagai masalah yang terjadi bersamaan, di antaranya:
Masalah mobilitas
1 dari 3 anak dengan cerebral palsy tidak dapat berjalan.
Terdapat beberapa risiko terbesar yang dialami penderita cerebral palsy, di antaranya yang mengalami:
- Quadriplegia spastik;
- Cacat intelektual;
- Epilepsi;
- Gangguan penglihatan;
- Ketidakmampuan untuk duduk secara mandiri pada usia 2 tahun.
Masalah komunikasi
Cerebral palsy dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengoordinasikan otot-otot di sekitar mulut dan lidahnya yang diperlukan untuk berbicara.
Koordinasi pernapasan yang diperlukan untuk mendukungnya bicara juga dapat terpengaruh.
Misalnya, beberapa orang mungkin terdengar 'bernafas' ketika mereka berbicara.
Namun, beberapa anak dengan cerebral palsy mungkin tidak dapat menghasilkan suara apa pun.
Selain itu, ada juga anak yang mungkin dapat menghasilkan suara, tetapi mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan mereka.
Hal ini menyebabkan mereka sulit untuk menghasilkan ucapan yang jelas dan dipahami oleh orang lain.
1 dari 4 orang dengan cerebral palsy tidak dapat berbicara.
Nyeri
3 dari 4 anak dengan cerebral palsy mengalami nyeri.
Nyeri tersebut sering muncul akibat dari gangguan yang berhubungan dengan cerebral palsy.
Misalnya, kontraktur, postur abnormal, distonia, kerusakan kulit, subluksasi pinggul (dislokasi parsial pinggul) dan skoliosis.
Rasa sakit ini dapat mempengaruhi perilaku anak dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri.
Selain itu juga mempengaruhi hubungan sosial mereka.
Anak-anak penederita cerebral palsy kemungkinan akan menghindari kegiatan yang berkaitan dengan kemandirian, seperti sekolah dan acara sosial.
Rasa nyeri atau sakit bisa dihilangkan, tetapi sebaiknya dipandu oleh praktisi medis.
Masalah makan dan minum
Cerebral palsy dapat mempengaruhi otot-otot yang membuka dan menutup mulut serta menggerakkan bibir dan lidah.
Beberapa orang dengan cerebral palsy mungkin mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan serta minuman.
Kondisi tersebut dikenal sebagai disfagia.
Banyak orang tidak dapat dengan mudah menggunakan alat makan, memegang cangkir, atau menyendokkan makanan ke mulut menggunakan tangan mereka.
Hal ini dikarenakan cerebral palsy sering mempengaruhi keterampilan motorik halus.
Orang lain mungkin menderita gastroesophageal reflux.
Gastroesophageal reflux merupakan kondisi asam lambung naik ke kerongkongan dan membuat makan tidak nyaman atau menyakitkan.
Hal ini terkadang dapat dikendalikan dengan pengobatan.
1 dari 15 anak dengan cerebral palsy tidak dapat makan melalui mulut mereka dan perlu diberi makan melalui selang makanan.
Kontrol air liur
1 dari 5 anak-anak dengan cerebral palsy mengalami kehilangan air liur karena cerebral palsy dapat mempengaruhi otot-otot di sekitar mulut.
Hal ini juga dikenal sebagai dribbling, drooling atau sialorrhea.
Hilangnya air liur mungkin lebih terlihat ketika mereka berkonsentrasi pada tugas motorik halus.
Disabilitas intelektual
1 dari 2 orang dengan cerebral palsy memiliki disabilitas intelektual.
1 dari 5 orang memiliki disabilitas intelektual sedang hingga berat.
Umumnya, semakin besar tingkat cacat fisik seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan memiliki cacat intelektual.
Namun, terkadang ada orang yang memiliki tingkat kecacatan fisik yang parah, tetapi tidak memiliki cacat intelektual.
Sebaliknya, mungkin ada orang lain dengan gangguan fisik ringan, tetapi memiliki cacat intelektual.
Kesulitan belajar
Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mengalami kesulitan belajar tertentu.
Hal ini mungkin termasuk dalam rentang perhatian yang pendek dan kesulitan perencanaan motorik (organisasi dan pengurutan).
Selain itu juga kesulitan persepsi dan kesulitan bahasa.
Hal tersebut dapat berdampak pada keaksaraan, berhitung, dan keterampilan lainnya.
Belajar juga dapat dipengaruhi oleh kesulitan dalam koordinasi dan komunikasi motorik halus dan motorik kasar.
Siswa dengan cerebral palsy perlu lebih berkonsentrasi pada gerakan dan urutan tindakan mereka daripada yang lain, sehingga mereka mungkin lebih mudah lelah.
Gangguan pendengaran
1 dari 20 orang dengan cerebral palsy juga memiliki beberapa tingkat gangguan pendengaran.
1 dari 50 anak dengan cerebral palsy mengalami tuli.
Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan tidak jarang terjadi pada orang dengan cerebral palsy.
Anak-anak dengan cerebral palsy yang lebih parah lebih mungkin mengalami miopia tinggi, tidak adanya fusi binokular, dan strabismus diskinetik.
Strabismus diskinetik juga biasa disebut juling.
Selain itu juga mengalami disfungsi pandangan yang parah dan neuropati optik atau gangguan penglihatan cerebral (CVI).
1 dari 10 anak dengan cerebral palsy mengalami buta.
Perilaku dan kesejahteraan emosional
Masalah perilaku terjadi pada 1 dari 4 anak dengan cerebral palsy.
Risiko terbesar adalah mereka yang memiliki cacat intelektual, epilepsi, sakit parah, atau cacat fisik dengan tingkat yang lebih ringan.
Perilaku yang terkadang bermasalah termasuk dalam ketergantungan, keras kepala, hiperaktif, dan cemas.
Selain itu juga bisa rentan terhadap konflik dengan kelompok sebaya mereka atau menunjukkan perilaku antisosial.
Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin juga memiliki masalah emosional seperti kesulitan dengan kelompok sebaya mereka dan respons emosional yang kuat terhadap tantangan baru.
Remaja dan orang dewasa dengan cerebral palsy mungkin lebih rentan terhadap depresi dan gangguan kecemasan.
Epilepsi
1 dari 4 anak dengan cerebral palsy menderita epilepsi.
Ketika anak-anak mengalami cerebral palsy dan cacat intelektual, insiden epilepsi lebih tinggi hingga 48 persen.
Kejang dapat mempengaruhi bicara, fungsi intelektual, dan fungsi fisik.
Obat adalah intervensi yang paling efektif untuk epilepsi.
Dokter atau terapis anak juga dapat merekomendasikan modifikasi pada peralatan dan perlengkapan sekolah siswa.
Beberapa obat memiliki efek samping yang menyebabkan kantuk atau lekas marah.
Baik epilepsi maupun obat terkait dapat memengaruhi perilaku dan rentang perhatian seseorang.
Masalah tidur
1 dari 5 anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan tidur.
Ada berbagai faktor, di antaranya:
- Kejang otot yang terkait dengan cerebral palsy;
- Bentuk lain dari nyeri muskuloskeletal;
- Penurunan kemampuan untuk mengubah posisi tubuh pada malam hari.
Epilepsi juga diketahui mengganggu tidur dan cenderung menjadi predisposisi gangguan tidur.
Kebutaan atau gangguan penglihatan yang parah dapat mempengaruhi waktu dan pemeliharaan tidur melalui efeknya pada sekresi melatonin dan kurangnya persepsi cahaya.
Kelainan tulang belakang dan pinggul
Kelainan tulang belakang dan pinggul berhubungan dengan cerebral palsy dapat membuat duduk, berdiri, dan berjalan menjadi sulit.
Hal ini menyebabkan nyeri kronis.
1 dari 3 anak dengan cerebral palsy mengalami perpindahan pinggul.
Anak-anak dan orang dewasa yang memiliki cacat fisik parah atau mereka yang tubuhnya terpengaruh di kedua sisi memiliki risiko lebih besar mengalami masalah pinggul.
Hal innin menandakan bahwa orang yang sering menggunakan kursi roda lebih berisiko mengalami masalah pinggul daripada mereka yang berjalan dengan alat bantu atau secara mandiri.
Kontrol kandung kemih dan usus
Konstipasi atau sembelit adalah masalah bagi banyak orang dengan cerebral palsy.
1 dari 4 anak dengan cerebral palsy memiliki masalah kontrol kandung kemih.
Anak-anak dengan disabilitas intelektual dan/atau bentuk cerebral palsy yang parah adalah yang paling berisiko.
Kurangnya mobilitas dan kesulitan makan dapat mempengaruhi orang dengan cerebral palsy untuk sembelit.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)