Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Small Eater merupakan salah satu gangguan makan yang sering terjadi pada anak.
Menurut dokter spesialis anak, dr Yuliati Sp A, secara umum small eater diartikan dengan anak yang makan sedikit.
Gangguan ini biasanya terdeteksi saat anak masuk di usia makanan pendamping ASI (MPASI) yaitu 6 bulan hingga 3 tahun. Karena selain ASI, pada usia tersebut anak dikenalkan makanan padat.
Walau begitu, anak tersebut tidak nampak sakit. Bahkan terlihat selalu sehat dan masih sering beraktivitas. Hal ini dikarenakan small eater tidak disebabkan oleh gangguan lain bersifat organik atau fungsional.
Baca juga: Bencana Ekonomi AS Imbas Gagal Bayar Utang Kurang dari 3 Pekan, Biden: Nasib di Tangan Kongres
"Sehat-sehat saja, bisa main," ungkapnya pada kanal YouTube Halo Awal Bros, dikutip Selasa (5/10/2021).
Hanya saja, jika terus dibiarkan maka gizi anak berkurang.
Penyebabnya, anak makan sedikit sehingga makin lama makin berkurang asupan gizinya. Pada kondisi ekstrim, anak bisa mengalami gizi buruk.
"Karena anak terlihat baik-baik saja, orangtua lupa akan kebutuhan kalori," katanya lagi.
Tidak hanya itu, menurut dr Yuliati, small eater bukan hanya berpengaruh pada perkembangan fisik saja. Tapi juga memengaruhi kondisi perkembangan otak pada anak.