News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar Global Klaim Vaping Jauh Miliki Risiko Kesehatan Lebih Rendah Ketimbang Kretek

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 100 pakar global mengecam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantaran berkeras dengan sikap mereka yang anti vaping.

Sikap ini dinilai berkontribusi terhadap jutaan kematian terkait konsumsi rokok yang seharusnya bisa dihindari.

Dalam surat kepada WHO, para ahli meminta WHO untuk memodernisasi pendekatannya terhadap kebijakan tembakau.

Menurutnya produk rokok elektrik seperti vaping jauh lebih rendah risiko.

“Ada bukti kuat bahwa produk bebas asap rokok jauh lebih rendah risiko dibandingkan rokok dan bahwa produk ini dapat menggantikan kebiasaan merokok bagi individu dan pada tingkat populasi,” tulis mereka.

Baca juga: Sistem Tarif Cukai untuk Produk Vape Dinilai Masih Ada Ketimpangan

Menjelang Conference of Parties (CoP) ke-9, sekelompok pakar nikotin menyampaikan kecaman terhadap WHO karena mengabaikan potensi untuk mengubah pasar konsumen tembakau dari komoditas berisiko tinggi menjadi produk berisiko lebih rendah.

Baca juga: Gerai Vape Ini Larang Anak di Bawah Umur Masuk dan Beli Produk

Surat terbuka tersebut ditujukan kepada sejumlah pihak yang menjadi bagian dari Kerangka Kovensi Pengendalian Tembakau (FCTC).

“WHO telah menjalankan kampanye pelarangan terhadap pengurangan dampak dari tembakau, meskipun pengurangan dampak tembakau adalah bagian dari kebijakan resminya dalam FCTC,” kata Dr. Colin Mendelsohn, ketua pendiri Asosiasi Pengurangan Dampak Buruk Tembakau Australia dan salah satu dari 100 pakar global yang menandatangani surat terbuka tersebut, seperti dikutip dari laman News.com.au, Selasa (26/10/2021).

Baca juga: Jatuh Bangun Geluti Bisnis Vape, Budi JVS Ceritakan Pengalamannya

Mendelsohn mengatakan WHO selalu berlebihan dan terus-menerus mendapat informasi yang salah tentang pengurangan dampak buruk tembakau.

“Kondisi ini akan menyebabkan lebih banyak kematian dan penderitaan akibat merokok, terutama di negara berpenghasilan rendah serta menengah di mana sebagian besar kematian akibat rokok sudah terjadi,” ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini