Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Selama ini banyak yang menduga jika stunting hanya dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan gizi. Padahal ada aspek lain yang memengaruhi terjadinya stunting.
Baca juga: Kejar Turunkan Stunting di Tahun 2024, BKKBN Latih 200.000 Calon Tenaga Pendamping Keluarga
Baca juga: BKKBN Ajak Kampus Terjunkan Mahasiswa Dampingi Masyarakat dalam Penanganan Stunting
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, Sp.OG(K).
Nyatanya, lingkungan pun turut memengaruhi risiko stunting pada anak.
Bahkan menurut pemaparan Hasto, lingkungan membawa pengaruh hingga 70 persen.
"Lingkungan kotor, mudah terjadi diare, makanan di lantai jatuh langsung banyak lalat nya. Kadang ada sarana jamban tidak sehat jadi ada jamban tidak tertutup dan berkontak dengan lalat," ungkapnya Live Talkshow Tribunnews, Jumat (29/10/2021).
Lalat tersebut membawa bakteri bernama E-coli yang berasal dari feses tersebut.
Bakteri tersebut, jika mencemari air lalu dikonsumsi, dapat membuat diare. Sehingga jamban yang belum mencapai standar dapat membuat diare meningkat.
"Hal inilah yang harus diperhatikan. Tidak ada air bersih sangat memengaruhi. Karena kita tidak bisa mencuci baju, mencuci alat makan dengan cukup air," katanya lagi.
Sehingga, kekurangan air, identik dengan kotor dan mengandung banyak bakteri.
Oleh karena itu, selain gizi ada lingkungan yang perlu diperhatikan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menyebabkan stunting.