TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang peringatan Hari Diabetes Sedunia yang diselenggarakan setiap 14 November, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti ketersediaan insulin yang tidak merata di Indonesia.
Padahal, frekuensi penyakit diabetes meningkat di seluruh dunia termasuk pada anak-anak.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI Dr Muhammad Faizi, SpA(K) mengungkapkan, berbeda dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan dengan tipe teratas A dan B, insulin mudah didapatkan oleh pasien.
Sementara untuk faskes dan RS dengan tipe C dan D, layanan insulin sangat minim didapat, apalagi daerah di luar Pulau Jawa.
"Tetapi kalau kelas 3 itu kita susah. Karena memang dianggap bahwa rumah sakit tipe C atau D tdak kompeten untuk melakukan terapi sehingga kkses insulin ini tidak bisa semua tipe. Beda tipe, beda pelayanan. Karena paket JKN itu berbeda," ujar Faizi dalam media briefing virtual mengenai Update Penanganan Diabetes pada Anak beserta Teknologi, pada Sabtu (13/11/2021).
Padahal, pasca-pemberian insulin pasien Diabetes Melitus 1 (DM1) perlu terus dimonitor untuk melihat kadar gula atau kontrol Metabolik.
"Sampai kapan? Seumur hidup (harus dikontrol)," ujar Faizi.
Tak meratanya akses insulin di Tanah Air juga diamini oleh Anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetics (ISPAD) Prof Dr dr Aman Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPI (Hon.)
Ia mengatakan, akses insulin baru dirasakan di kota-kota besar yang mayoritas berada di Pulau Jawa.
Sementara, untuk daerah yang belum pernah ada kasus anak-anak dengan diabetes maka layanan insulin sangatlah terbatas.
"Kita kerja di rumah sakit tipe atas semuanya bisa (akses insulin). Akses insulin ini tidak merata Indonesia, padahal pasien ada dimana-mana ada di puncak gunung. Itu yang harus saya bilang," ujarnya Prof Aman.
Dikutip dari data IDAI menyatakan angka kejadian DM pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700 persen selama jangka waktu 10 tahun.
Jumlah kasus baru DM tipe-1 dan tipe-2 berbeda antar populasi dengan distribusi usia dan etnik yang bervariasi.
Sejak September 2009 hingga September 2018 terdapat 1213 kasus DM tipe-1, paling banyak didapatkan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
Pengumpulan data jumlah kasus DM tipe-2 pada anak masih belum secara luas dilakukan.
Jumlah pasien dengan DM tipe-2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tercatat 5 pasien sejak tahun 2014 sampai 2018.