Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa pesepeda yang meninggal mendadak ketika sedang berkendara di jalan.
Terbaru, seorang pesepeda tiba-tiba terjatuh dan meninggal dunia di kawasan tanggul lumpur Sidoarjo, Jawa Timur pada Kamis (3/3/2022).
Merespons peristiwa ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). dr Mochamad Yusuf SpJP(K) PhD FIHA FESC FAsCC memberikan penjelasannya.
“Bicara hal kematian seseorang, yang sifatnya mendadak, terutama apabila 1×24 jam atau bahkan 1 jam sebelumnya (keadaan fisik seseorang) tidak bermasalah, seringkali yang dikambinghitamkan adalah sakit jantung,” ujarnya dalam talkshow virtual beberapa waktu lalu.
Baca juga: Begal Pesepeda di Flyover Senayan Ditangkap, Pimpinan Komisi III: Sudah Sangat Mengkhawatirkan
Yusuf menegaskan kemungkinan penyebab meninggalnya korban tidak hanya terbatas pada serangan tetapi juga gangguan irama pada jantung.
Ia menjelaskan, pola hidup dan faktor genetika menentukan tingkat kerentanan individu. Risiko meningkat pada perokok berat, obesitas, hingga kelompok usia paruh baya.
Penyumbatan Tiba-Tiba pada Jantung
Yusuf menyebut serangan jantung merupakan peristiwa ketika terjadi penyumbatan tiba-tiba pada pembuluh koroner yang berada di jantung.
Apabila jantung tidak mendapat mensuplai oksigen yang cukup, akan timbul rasa nyeri pada dada.
Nyeri ini juga menjadi gejala gangguan irama jantung.
“Tapi ada sejumlah orang yang angkanya kecil sekali, dimana ia akan mengalami gangguan jantung tanpa (penyumbatan pembuluh) koroner. Sejak awal sudah ada defect yang kurang lebih meningkatkan risiko faktor terkena (penyumbatan pembuluh, koroner,” papar praktisi kesehatan di RS Siloam Surabaya tersebut.
Keadaan korban yang meninggal ketika bersepeda mengindikasikan individu aktif berolahraga.
Meski demikian, Yusuf menegaskan bukan berarti olahraga memperparah risiko penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, olahraga dianjurkan secara medis.
Namun, tetap harus ada introspeksi diri.
“Konkretnya begini, ketika saya mau berolahraga tapi tensi saya 190 atau ketika saya lagi demam, ya, jangan berolahraga. Tapi ketika tidak ada keluhan, tensinya bagus, maka mulailah dengan olahraga ringan dan bertahap,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) ini.
Gangguan terhadap jantung dapat diminimalisir dengan tidak merokok serta menghindari konsumsi kolesterol dan gula berlebih.
Olahraga rutin juga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Bagi individu yang memiliki risiko penyakit jantung bawaan, Yusuf anjurkan agar menjalani pemeriksaan rutin.