News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenal Hemofilia dan Dampak Berbahaya Bagi Tubuh

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hemofilia

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Hemofolia adalah gangguan pembekuan darah bawaan. Tubuh mengalami kekurangan terkait faktor pembekuan darah.

Menurut dokter spesialis anak, Dr dr Novie Amelia Chozie Sp A (K), setidaknya sekitar 70-80 persen pasien Hemofilia ini mempunyai riwayat keluarga. Atau diturunkan secara genetik.

Secara klinis, ada beberapa gejala yang bisa terlihat. Mulai dari yang ringan hingga berat. Bergantung pada kadar pembekuan darah yang dialami oleh pasien.

Baca juga: Antisipasi Diabetes, Usia 30 hingga 40 Tahun Disarankan Mulai Biasakan Cek Gula Darah

Baca juga: Lakukan Pembekuan Sel Telur, Luna Maya Akui sampai Lupa Cerita ke Keluarga

Gejala pertama yang sering dialami untuk tingkat sedang dan berat adalah tubuh lebam-lebam bewarna kebiruan.

Paling sering alami sendi bengkak dan nyeri akibat pendarahan di dalam sendi dan otot.
Walau pun sebenarnya tidak ada benturan atau trauma.

Kedua, ketika terjadi pendarahan, sulit untuk berhenti walau karena tindakan kecil atau operasi kecil. Misalnya saat cabut gigi, darah sulit untuk berhenti mengalir.

"Begitu juga misalnya sunat. Ada pada kasus kasus terjadi pendarahan setelah disunat dan tidak berhenti. Setelah diperiksa, ternyata hemofofilia," ungkapnya pada webinar virtual, Selasa (26/4/2022).

Ketiga, pada gejala utama adalah terjadi pendarahan sendi dan terlihat bengkak. Ada rasa nyeri dan susah digerakkan. Bahayanya, jika terjadi berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada sendi.

Kalau tidak diobati baik, di usia dekade kedua atau ketiga, dr Novie menyebutkan kemungkinan akan terjadi kerusakan sendi. Lalu berakhir menjadi kecacatan atau disabilitas.

Pendarahan otot juga demikian, bisa menjepit syaraf dan pembuluh darah di dalamnya. Di sisi lain, pendarahan juga bisa di organ lain yang bisa mengancam jiwa.

Misalnya seperti otak, leher dan saluran cerna yang bisa mengakibatkan kematian. Diagnosis kata dr Novie biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan darah.

Terkait pengobatan, yang diberikan adalah faktor pembekuan. Namun sejauh ini, belum ada pengobatan medis yang bisa mengubah kormoson atau gen yang rusak. Sehingga perawatan bersifat seumur hidup.

"Penanganan ini memang cukup kompleks. Tidak bisa seorang anak ditangani oleh dokter anak saja. Tapi harus ditata laksana secara disiplin multi disiplin," kata dr Novie lagi.

Ia pun menyebutkan kendala di Indonesia saat ini adalah masih ada keterbatasan jumlah dokter dan keahlian pada bidang Hemofilia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini