Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyebab hepatitis akut yang kini melanda dunia terus diinvestigasi.
Virus Adenovirus menjadi salah satu virus yang diduga menjadi penyebab penyakit hepatitis misterius ini.
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muzal Kadim, adenovirus selama ini bukanlah penyebab Hepatitis A dan B.
Ia menerangkan, adenovirus adalah virus yang bisa menyebabkan diare pada anak.
Anak yang terserang virus adenovirus akan mengalami diare ringan, dengan gejala sakit perut, muntah (muntaber).
"Selama ini diare disebabkan rotavirus, tapi juga salah satunya adenovirus.
Selama ini tidak berat, hanya gejala ringan muntah mencret, muntaber," imbuhnya dalam konferensi virtual, Sabtu (7/5/2022).
Baca juga: Penyebab Hepatitis Akut pada Anak, Diduga Disebabkan Beberapa Virus
Untuk itu, para pakar kesehatan dunia dan Indonesia terus berkutat mengungkap penyebab pasti penyakit yang pertama kali ditemukan di Inggris ini.
"Namun pada kasus ini, kita tidak tahu kenapa ditemukan itu dan apakah itu sebagai penyebab juga. Kita belum bisa confirm itu sebagai penyebabnya.Karena tidak spesifik, yang selama ini gejalanya tidak seperti itu, tidak pernah adenovirus yang selama ini ditemukan sebagai penyebab hepatitis. Jadi ini memang masih dicari," terang dia
Sebelumnya, dijelaskan Spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Hanifah Oswari, SpA(K), hepatitis akut bukan disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C, maupun E.
"Jadi virus-virus yang tadi kita sebutkan (Adenovirus) itu diduga karena masih mungkin itu kejadian yang bersamaan, tapi bukan sebagai penyebab langsungnya. karena itu menghubungkan virus Covid sendiri dengan penyakitnya sudah belum bisa ditentukan, apalagi dengan vaskin Covid-19. Berita seperti itu saya kira perlu diluruskan," jelas Dokter Hanifah.
Orangtua harus waspada jika mendapatkan anak-anak mengalami gejala awal seperti seperti diare, mual, muntah, sakit perut dan demam ringan.
Jangan menunggu sampai gejalanya sampai kuning, jangan menunggu gejalanya lebih berat, karena kalau lebih berat dapat kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat.
"Apalagi kalau sampai terjadi penurunan kesadaran ini akan membuat dokter hanya ada kesempatan menolongnya menjadi lebih sedikit lagi. Untuk menolong anak-anak tidak terkena sampai menimbulkan kematian," pesannya.