Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan data angka reproduksi dari Monkeypox adalah di antara 1,15-1,26.
"Mengindikasikan penularan dari manusia ke manusia. Tapi ini termasuk angka reproduksi yang tidak terlalu tinggi. Apa lagi jika dibandingkan dengan varian Omicron Covid-19," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (25/5/2022).
Varian Omicron saat ini angka reproduksinya diprediksi sampai 10. Sehingga kecepatan penularan Monkeypox tidak sebesar itu.
Namun Dicky tetap mengingatkan jika dampaknya yang tentu harus diwaspadai. Terutama pada kelompok rawan, imunitas, dan wanita hamil.
Meski pun bisa pulih sendiri dalam 2-4 minggu, lesi yang berbentuk bintil berisi cairan ini akan berdampak secara kesehatan kulit. Termasuk juga pada beberapa kasus, terjadi fatalitas.
"Meskipun angka fatalitas di angka 1 persen atau 5 persen ke bawah. Tapi ini bisa sangat fatal pada kelompok yang sangat rawan. Jadi mitigasinya adalah literasi publik," kata Dicky menambahkan.
Perlu ada literasi yang menyatakan jika ada ruam, demam dan kelenjar getah bening di ketiak atau selangkangan, penting untuk melakukan isolasi pada penderita.
Selain perlu melakukan karantina kasus kontak. Termasuk memberikan vaksinasi pada kasus kontak. Tindakan awal ini penting sekali untuk dilakukan.
"Termasuk survelens di pintu masuk negara. Bagi para pelaku perjalanan yang terdampak maupun endemi, sebetulnya skrinning tetap dilakukan. Ada dan tidak adanya kasus ini, kewaspadaan tetap menjadi penting," papar Dicky.
Baca juga: Awal Mula Cacar Monyet atau Monkeypox Ditemukan, Simak Gejala dan Langkah Pencegahannya
Menurut Dicky, bukan tidak mungkin akan ada kasus yang masuk ke Indonesia. Oleh karenanya, diperlukan kewaspadaan dan pemberdayaan Peduli Lindungi.
"Juga penting dikembangkan untuk penyakit lai n seperti ini. Termasuk deteksi kasus kontak," ujarnya.