News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyakit Cacar Monyet

Para Ilmuwan Curiga Cacar Monyet Sudah Menyebar di Inggris Selama Bertahun-tahun

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebagian besar kasus cacar monyet atau Monkeypox baru-baru ini telah diidentifikasi diantara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan sesama pria

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pejabat kesehatan masyarakat di Inggris telah mengkonfirmasi 7 kasus lainnya terkait cacar monyet (Monkeypox) di negara itu, sehingga total kasusnya menjadi 78.

Para Ilmuwan menduga virus itu mungkin telah beredar di Inggris tanpa terlihat selama beberapa tahun.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (26/5/2022), lonjakan kasus Monkeypox secara tiba-tiba telah tercatat pada setidaknya 20 negara dalam sebulan terakhir, dengan lebih dari 200 kasus yang dikonfirmasi dan yang lainnya sedang diselidiki.

Padahal biasanya virus ini ditemukan di kawasan Afrika Barat dan Tengah.

Ini adalah kali pertama penyakit itu menyebar di masyarakat di luar Afrika, dengan semua kasus sebelumnya terkait dengan perjalanan ke daerah di mana virus itu menjadi endemik atau ke hewan impor yang menyimpan virus.

Baca juga: WHO Konfirmasi 131 Kasus Monkeypox atau Cacar Monyet di 19 Negara

Jumlah terbesar dari kasus yang dikonfirmasi berada di Inggris, di mana tim perlindungan kesehatan saat ini tengah mengisolasi orang-orang yang dites positif dan mereka yang melakukan kontak erat.

Tim kesehatan ini juga menawarkan vaksinasi cacar, yang dianggap dapat memberikan perlindungan silang terhadap Monkeypox.

Baca juga: Ini Beda Gejala Cacar Biasa dengan Cacar Monyet

Sebagian besar kasus yang tercatat di Inggris merupakan pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.

Seiring upaya untuk terus menahan wabah, para Ilmuwan kini sedang menyelidiki bagaimana penyakit itu muncul di banyak negara dalam waktu yang begitu singkat.

Banyak yang menduga bahwa Monkeypox beredar pada tingkat rendah, tidak terdeteksi di Inggris maupun Eropa selama beberapa tahun sebelum menyebar kekomunitas LSL dan menyebar.

Prof David Heymann, yang memimpin kelompok pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang ancaman infeksi terhadap kesehatan global, mengatakan bahwa ada kemungkinan virus itu masuk ke Inggris 2 atau 3 tahun lalu dan menyebar di bawah radar.

Pada periode 2018 hingga 2019, 4 kasus Monkeypox yang dikonfirmasi tiba di Inggris, semuanya merupakan pelancong dari Nigeria.

Sedangkan 3 kasus lebih lanjut dengan riwayat perjalanan serupa tiba pada 2021.

"Secara hipotetis, penularan virus meningkat dari tingkat penularan yang sebelumnya rendah, ketika secara kebetulan memasuki populasi yang saat ini meningkatkan penularan," kata Heymann.

Ia menekankan hal itu adalah salah satu dari banyak hipotesis yang tentunya membutuhkan studi lebih lanjut sebelum mendapatkan kesimpulan.

Penyakit cacar monyet kini juga sudah menyerang Singapura (Straitstimes)

Studi genetik pada virus Monkeypox yang diambil dari orang-orang yang terkena wabah ini menunjukkan kemiripan yang dekat dengan virus yang mencapai Inggris, Israel dan Singapura dari Afrika pada 2018 hingga 2019.

Mereka juga membawa mutasi yang mungkin muncul saat virus kemudian beredar pada tingkat rendah.

Sementara kasus resmi pertama di Inggris pada 2022 ini tiba dari Nigeria pada 4 Mei lalu.

Lalu pada 14 Mei 2022, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) merilis gambar Monkeypox dan dokter di klinik kesehatan seksual pun menyadari bahwa beberapa pasien mereka kemungkinan mengidap penyakit tersebut.

Para pasien memang telah dites negatif untuk infeksi umum, namun dokter mencurigai suatu kondisi yang disebut infeksi gonokokal diseminata, sebelum pasien dinyatakan positif Monkeypox.

"Ini mungkin virus yang telah beredar cukup lama tanpa terdeteksi. Mereka semua memiliki nenek moyang yang sama dan nenek moyang yang sama itu mungkin berasal dari 2019, meskipun terlalu dini untuk menentukan akurasi apapun," kata Ahli Virologi di University of Leuven di Belgia, Prof Marc Van Ranst.

Belum jelas apakah mutasi yang terlihat pada virus membuat jenis ini lebih menular pada manusia, namun para Ilmuwan menunjukkan bahwa virus telah berevolusi saat menginfeksi manusia.

"Kami memahami bahwa infeksi kronis bukanlah skenario yang masuk akal, dan itu berarti ada rantai penularan yang tampaknya tidak diketahui," jelas Van Ranst.

Pandemi virus corona (Covid-19) kemungkinan memiliki peranan, karena orang-orang memiliki lebih sedikit kontak dengan dokter umum dan layanan kesehatan lainnya selama masa krisis ini.

Saat ditanya apakah wabah itu mungkin tidak terungkap jika klinik kesehatan seksual tidak disiagakan oleh kasus pertama di Inggris, Van Ranst mengatakan bahwa 'dugaan ini sangat mungkin'.

Sementara itu seorang Ahli Virologi dan Penasehat Pemerintah Nigeria, Prof Oyewale Tomori menyampaikan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apa yang sedang terjadi.

"Mungkin itu menyebar secara diam-diam di dalam komunitas sampai kami mengalami gejolak ini, menyusul beberapa perubahan perilaku yang telah kami lihat. Antara 2019 hingga 2020, jika ada orang yang mengalami ruam di bagian Eropa manapun, anda tidak akan mengira bahwa itu adalah Monkeypox, yang anda pikirkan adalah penyakit lain yang menyebabkan ruam," ujarnya.

"Jika sistem melewatkan satu kasus itu, tentu saja itu menjadi peluang bagi virus tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain. Saya pikir amplifikasi datang di mana anda memiliki banyak orang berkumpul dengan kontak yang sangat erat," pungkas Prof Tomori.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini