News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peneliti UGM Ungkap Bahaya BPA pada Galon Guna Ulang

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diah Ayu Puspandari dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebutuhan air minum per orang per hari sekitar 1146 ml memiliki resiko tinggi jika air minum yang dikonsumsi terpapar BPA.

Penyakit katastropik yang dapat diakibatkan oleh paparan BPA yang melewati ambang batas keamanan tentunya akan memerlukan pelayanan Kesehatan jangka panjang yang potensial meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Baca juga: BPOM Diminta Lebih Intensif Sosialisasikan Bahaya Penggunaan Wadah Plastik yang Mengandung BPA

Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terkait dampak dari kandungan BPA dalam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang turut berkontribusi dalam peningkatan biaya Kesehatan.

Penggunaan galon guna ulang. (Shutterstock)

Seorang anggota peneliti Diah Ayu Puspandari menuturkan, kajian dilakukan bertujuan menghitung burden of disease (beban biaya penyakit) dari dampak paparan BPA.

Ia menerangkan, Infertilitas merupakan salah satu penyakit yang dipilih dalam kajian ini. Pasalnya, biaya serta layanan infertilitas ini tidak masuk dalam paket manfaat BPJS, sehingga biaya pelayanan kesehatannya masih menjadi tanggungan pasien secara mandiri.

"Beban biaya yang dihitung adalah besaran biaya langsung untuk layanan infertilitas. Turut diperhitungkan juga referensi yang memberikan data terkait, seperti paparan BPA berkontribusi 4,5 kali lebih besar memicu infertilitas dan data-data lain terkait kejadian infertilitas di Indonesia," katanya ditemui di Shangri-lla Hotel, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Tidak hanya Indonesia, Negara-negara Ini Juga Atur Informasi soal BPA pada Label Pangan

Diah menerangkan, data ini digunakan untuk menghitung total beban biaya infertilitas terkait paparan BPA dalam AMDK galon, dengan perhitungan yang menghasilkan kisaran biaya Kesehatan antara Rp 16 triliun sampai dengan Rp 30,6 triliun.

"Jumlah biaya yang cukup besar, dan tentunya menjadi beban masyarakat yang harus ditanggung secara mandiri," ungkap Diah.

Ilustrasi. (Shutterstock)

Di sisi lain infertilitas atau isu kesuburan pasangan dalam tatanan masyarakat memiliki masalah dan menjadi beban sosial yang cukup kompleks.

Untuk itu, rasanya perlu memberikan perhatian penting pada revisi terhadap aturan pelabelan BPA pada kemasan galon.

Meski, perlindungan terhadap paparan zat yang membahayakan kesehatan merupakan upaya komprehensif bersama, bukan hanya tanggungjawab BPOM atau sektor kesehatan saja. Hal ini termasuk menjadi tanggungjawab sektor industri untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan.

"Mulai dari memastikan bahan baku yang aman, hingga keamanan proses distribusi ke pengguna akhir atau konsumen," tuturnya.

Pelepasan BPA ke dalam air minum kemasan sangat dipengaruhi oleh pemilihan bahan kemasan/galon, perlakuan penyimpanan seperti terpapar panas matahari hingga perlakuan saat pendistribusian.

Revisi peraturan pelabelan pada kemasan akan memberikan dampak signifikan dalam memberikan informasi/literasi pada Sumber Daya Manusia yang terlibat langsung.

"Pada akhirnya pelabelan diharapkan turut berperan serta meminimalkan paparan BPA pada konsumen akhir AMDK," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini