News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WHO akan Putuskan Pekan Depan, Tentang Status Monkeypox, Bakal Jadi Darurat Kesehatan Dunia?

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Staf medis yang mengenakan peralatan pelindung memasuki area karantina pusat LSM medis Internasional Doctors Without Borders (Medecins sans frontieres - MSF), di Zomea Kaka, di wilayah Lobaya, di Republik Afrika Tengah pada 18 Oktober 2018.WHO akan Putuskan Pekan Depan, Tentang Status Monkeypox, Bakal Jadi Darurat Kesehatan Dunia?

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan komite daruratnya pada pekan depan untuk memutuskan 'apakah wabah cacar monyet (Monkeypox) akan berubah status menjadi 'darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional'.

Jika wabah cacar monyet ini ini diputuskan menjadi darurat kesehatan masyarakat, maka statusnya akan meningkat menjadi peringatan kesehatan tertinggi di dunia.

Dikutip dari laman Politico, Rabu (15/6/2022), pertemuan membahas wabah cacar monyet tersebut akan membantu koordinasi internasional terkait tanggapan saat ini, karena Monkeypox telah menyebar pada setidaknya 39 negara.

Baca juga: Minimalkan Stigma dan Rasisme, WHO Pertimbangkan Ganti Nama Virus Monkeypox

Secara total, puluhan negara itu telah melaporkan lebih dari 1.600 kasus yang dikonfirmasi dan tambahan 1.500 kasus yang dicurigai ke WHO.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan virus ini hanya endemik di 7 negara yang juga telah melaporkan 72 kematian.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Sedangkan negara-negara yang baru terkena dampak belum melaporkan kasus kematian.

"Namun WHO sedang berusaha untuk memverifikasi laporan dari Brazil tentang kematian terkait Monkeypox," kata Tedros.

Menurutnya, saat ini jelas menunjukkan ada situasi yang tidak biasa.

Baca juga: Jadi Satu-satunya Kandidat, Tedros Adhanom Ghebreyesus Dipastikan Terpilih Kembali sebagai Ketua WHO

"Bahkan mengindikasikan bahwa virus berperilaku tidak biasa dari bagaimana biasanya berperilaku di masa lalu," jelas Tedros, Selasa kemarin.

Di Amerika Serikat (AS) yang telah melaporkan 65 kasus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa beberapa orang yang terinfeksi Monkeypox tidak menunjukkan gejala yang biasa.

Baca juga: Jumlah Kasus di Eropa Lewati 900, Uni Eropa akan Beli 110.000 Vaksin Monkeypox  

"Ruam yang terkait dengan Monkeypox, lebih ringan di bagian tubuh tertentu, sehingga sulit untuk didiagnosis," kata CDC.

Pimpinan Teknis WHO untuk Monkeypox,

Rosamund Lewis mengkonfirmasi bahwa ini terjadi pada banyak kasus internasional.

"Namun penyakit ini tetap menular dan dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi sampai ruam yang dialaminya sembuh," jelas Lewis.

Perlu diketahui, 'darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional' adalah peringatan bagi pemerintah untuk mempersiapkan kapasitas lonjakan perawatan kesehatan mereka dalam menanggapi virus atau penyakit yang menyebar.

Hal ini juga akan memicu terjadinya koordinasi internasional dalam penanggulangannya untuk memastikan penyakit itu terkendali di manapun, sehingga tidak terus meluas.

Baca juga: WHO Matangkan Pedoman soal Tata Cara Penanganan Pasien Cacar Monyet

Meskipun Monkeypox tidak menular seperti virus corona (Covid-19) dan tidak menimbulkan risiko penyakit parah yang tinggi, WHO berupaya untuk menghindari terulangnya distribusi vaksin dan perawatan yang tidak adil seperti yang terjadi pada kasus Covid-19.

Karena hal itu dapat membuat banyak negara miskin tidak memiliki akses selama berbulan-bulan terhadap vaksin tersebut.

Sementara itu, negara-negara kaya saat ini telah memesan vaksin Jynneos yang diproduksi oleh Bavarian Nordic.

Vaksin itu pun telah disetujui penggunaannya untuk cacar dan Monkeypox di AS dan Kanada.

AS juga telah memesan setengah juta dosis untuk dikirim hingga akhir tahun ini, sedangkan Uni Eropa (UE) memesan lebih dari 100.000 dosis untuk beberapa bulan mendatang.

Lebih banyak dosis saat ini sedang dalam perjalanan, karena AS telah memerintahkan jutaan lainnya untuk diproduksi pada 2023 hingga 2025 menggunakan bahan-bahan yang telah dimiliki pemerintah negara itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini