TRIBUNNEWS.COM - Yayasan Lovely Pink Solo, wadah komunitas pemerhati dan penyintas kanker payudara, mulai diresmikan pada Minggu (26/6/2022).
Sebelumnya, Lovely Pink Solo sejak 2016 merupakan komunitas para penyintas kanker payudara.
Ketua Lovely Pink Solo, Theresia Sri Suwanti menyebut, awalnya para penyintas kanker payudara bertemu di rumah sakit.
"Dulu satu dua orang, lama kelamaan menjadi enam, akhirnya di situ sering ketemu, berkumpul, menceritakan kodnisi sakitnya satu dengan yang lain," ungkap Suwanti kepada Tribunnews, Minggu.
Baca juga: Kenali Gejala Kanker Payudara dan Cara untuk Mengurangi Risikonya
Kemudian muncullah ide untuk membaut grup.
"Dulu bikin grup di BBM (Blackberry Messanger), dari grup itu membuat para penyintas memiliki teman, punya motivasi, tidak merasa sendirian," ujarnya.
Enam tahun berlalu, perkumpulan tersebut kini telah resmi menjadi Yayasan Lovely Pink Solo, beranggotakan sekitar 400 penyintas kanker payudara.
Lovely Pink Solo, lanjut Suwanti, memberikan dukungan baik materi maupun spiritual.
"Lovely Pink Solo tempat informasi, motivasi bagi penyintas kanker payudara, wadah agar penyintas tidak merasa sendirian," ungkapnya.
"Kalau tidak punya dana, kami upayakan, kalau psikis kami juga sering mengunjungi agar mental teman-teman penyintas tetap terjaga," tekannya.
Suwanti mengatakan, para penyintas yang bergabung tidak hanya lingkup Solo Raya.
"Bahkan dari Kalimantan ada, Papua ada, kami terbuka untuk teman-teman penyintas kanker payudara," ujarnya.
Para penyintas kanker payudara, pemerhati, maupun relawan yang ingin bergabung dengan Lovely Pink Solo, cukup datang ke kantor yang beralamat di Jalan Muwardi No 4, Laweyan, Surakarta.
Baca juga: Idap Kanker Payudara, Aida Saskia Ungkap Penderitaannya: Alhamdulillah, Aku Masih Kuat
Komunitas Sangat Diperlukan
Sementara itu, Dokter Pembina Yayasan Lovely Pink Solo, dr Kristanto Yuli Yarsa, Sp.B (K) Onk, mengungkapkan komunitas sesama penyintas kanker sangat bermanfaat.
"Selain dari pengobatan, para penderita itu kebutuhannya banyak, seperti pendampingan, informasi, penjelasan, kemudian yang paling penting pengarahan."
"Pendampingan itu secara psikis, bagaimana biar mau terapi, dan sebagainya, sangat terbantu dengan adanya komunitas seperti ini," ungkap Dokter Yarsa.
Yarsa mengungkapkan, rumah sakit yang menyediakan dukungan pengobatan, tidak bisa menyentuh kebutuhan privat.
"Misalnya curhat atau konsultasi di luar medis, mereka perlu komunitas."
"Dengan adanya yayasan ini, mereka bisa berkumpul," ungkapnya.
Yarsa menyebut berbagai kegiatan positif yayasan rutin digelar.
"Seperti yoga rutin, kajian, berdoa, menyanyi, dan banyak kegiatan lain," ungkapnya.
Baca juga: Kanker Payudara pada Pria: Gejala, Siapa yang Berisiko dan Cara Kurangi Risikonya
100 Kasus Baru per Tahun
Yarsa mengungkapkan, berdasar penelitian yang ia lakukan, di Solo Raya terdapat kurang lebih 100 kasus kanker payudara per tahun.
Ia juga menyebut rata-rata usia pengidap kanker payudara di Indonesia lebih muda.
"Usia pengidap kanker payudara di Indonesia lebih muda daripada barat."
"Di barat rata-rata 55 tahun, semetara di Indonesia 49 tahun."
"Termuda di Solo yang pernah saya tangani berusia 23 tahun," ungkap Yarsa.
Sementara itu kanker payudara juga bisa menyerang laki-laki.
Namun, persentasenya hanya sekitar 1 persen dari total kasus.
Tentang Kanker Payudara
Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel di payudara tumbuh di luar kendali, dikutip dari CDC.
Ada berbagai jenis kanker payudara.
Jenis kanker payudara tergantung pada sel mana di payudara yang berubah menjadi kanker.
Kanker payudara dapat dimulai di berbagai bagian payudara.
Payudara terdiri dari tiga bagian utama: lobulus, saluran, dan jaringan ikat.
Lobulus adalah kelenjar yang menghasilkan susu.
Saluran adalah tabung yang membawa susu ke puting.
Jaringan ikat (yang terdiri dari jaringan fibrosa dan lemak) mengelilingi dan menyatukan semuanya.
Sebagian besar kanker payudara dimulai di saluran atau lobulus.
Sementara itu, Kanker payudara dapat menyebar ke luar payudara melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Lalu apa saja gejala dari Kanker Payudara?
Gejala Kanker Payudara, dikutip dari laman resmi Kemkes:
- Terasa benjolan di payudara dan sering kali tidak berasa nyeri
- Terdapat perubahan tekstur kulit payudara, kulit payudara mengeras dengan permukaan seperti kulit jeruk
- Perhatikan juga jika terdapat luka pada bagian payudara yang tidak sembuh
- Keluar cairan dari puting
- Terdapat cekungan ataupun tarikan di kulit payudara
Faktor Resiko Kanker Payudara
Berikut faktor resiko Kanker Payudara yang dikutip dari laman resmi Kemkes:
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain:
- Jenis kelamin wanita
- Usia > 50 tahun
- Riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53))
- Riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi, LCIS, densitas tinggi pada mamografi)
- Riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun),
- Riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),
- Hormonal
- Obesitas
- Konsumsi alkohol
- Riwayat radiasi dinding dada
- Faktor lingkungan
Langkah Pencegahan Kanker Payudara
Masih dari sumber yang sama, terdapat 2 langkah pencegahan kanker payudara, yaitu primer dan sekunder.
Pencegahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara.
Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya.
Sementara pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara.
Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan.
Tujuan dari skrinning adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian.
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok orang yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi.
Skrining ditujukan untuk mengetahui kanker payudara secara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif.
Dengan begitu, membantu menurunkan kemungkinan kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Farrah Putri)