News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penelitian Tunjukan Mutasi Virus Cacar Monyet Lebih Menular

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kementerian Kesehatan Nasional Argentina mengkonfirmasi munculnya kasus cacar monyet pertama tanpa riwayat perjalanan di Argentina pada 9 Juni 2022.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Center for Infectious Diseases and Research Policy (CIDRAP) menyampaikan artikel berjudul Virus causing monkeypox outbreak has mutated to spread easier.

Disebutkan, berdasar artikel ilmiah di jurnal Nature Medicine 24 Juni itu, virus penyebab monkeypox atau cacar monyet sekarang di negara nonendemik ternyata berbeda dari yang asalnya di beberapa negara Afrika.

Baca juga: Kasus Monkeypox Dikonfirmasi di Singapura, Pasien Alami Ruam, Demam, Sakit Kepala

Sekarang ini virus penyebab monkeypox atau cacar monyet sudah bermutasi dan juga lebih mudah menular.

"Artikel ini berdasar data sekuensing 3000 kasus di Eropa dan Amerika, dan penelitinya menemukan perbedaan di 50 tempat single nucleotide polymorphisms (SNPs), dan beberapa mutasi pula," kata pakar kesehatan dari FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama.

Ia menyebut, penelitian juga menyebut peran superspreader sebagai salah satu penyebab penularan di masyarakat.

Juga diikuti artikel di Lancet Microbe 24 Juni juga dimana dibuat modeling penyebaran kasus bila negara tidak melakukan penanganan kesehatan masyarakat dengan tepat.

Baca juga: Pria di China Meninggal setelah Terpapar Virus Monkey B Langka, Ini Gejala yang Perlu Diperhatikan

"Diperkirakan kalau ada tiga kasus saja maka akan terjadi penularan ke 18 kasus, kalau 30 kasus maka akan menjadi 118 orang dan seterusnya," jelas Prof Tjandra.

Namun jika dilakukan dengan baik proses identifikasi, penelusuran kontak, isolasi surveilans dan vaksinasi sekitar ring vaccination maka jumlah kasus sekunder akan turun.

"Turunnya bisa sampai 81 persen," imbuh Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini