Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Unggahan penyanyi Andien menjadi viral. Ia menggunggah foto seorang ibu yang menyuarakan kebutuhan ganja untuk pengobatan anaknya yang mengalami Celebral Palsy.
“Tadi di CFD ketemu seorang Ibu yang lagi bareng anaknya (sepertinya ABK) bawa poster yang menurutku berani banget, pas aku deketin beliau nangis,” tulis Andien melalui akun twitter pribadinya.
Baca juga: Ganja untuk Kebutuhan Medis Dilarang Penggunaannya di AS
“Ternyata namanya Ibu Santi. Anaknya, Pika mengidap Cerebral Palsy. Kondisi kelainan otak yang sulit diobati, dan treatment yang paling efektifnya pake terapi minyak biji ganja/CBD oil,” sambungnya dalam cuitan lainnya.
Unggahan tersebut menyita perhatian netizen dan merasa haru karena perjuangan ibu untuk kesembuhan anaknya.
Lantas apa itu Celebral Palsy dan faktor risikonya?
Divisi Neurologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP DR Sardjito Yogyakarta Agung Triono SpAK menerangkan, cerebral palsy merupakan kumpulan gejala kelainan perkembangan motorik dan postur tubuh yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak sejak dalam kandungan atau di masa kanak-kanak.
Cerebral palsy dibagi atas 4 tipe yaitu spastik, atetoid, ataksia, dan campuran. Sekitar 70 persen - 80 persen kasus cerebral palsy adalah tipe spastik (kaku). Di negara maju, prevalensi cerebral palsy dilaporkan sebesar 2-2,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup sedangkan di negara berkembang berkisar 5,6 kasus per 1.000 kelahiran hidup.
Baca juga: Anak Celebral Palsy Rentan Terkena Covid-19, Ini Cara Pencegahannya
"Banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko cerebral palsy mulai dari periode prenatal, perinatal, dan postnatal," kata dia dikutip dari laman RS Sardjito.
Periode prenatal adalah masa sebelum anak lahir, kelainan yang menyebabkan cerebral palsy seperti kelainan genetik, infeksi dalam kandungan, seperti infeksi toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes (TORCH).
Lalu, periode perinatal adalah periode sekitar proses persalinan, kelainan yang menyebabkan cerebral palsy seperti berat badan lahir rendah, hipoksia, asfiksia, kuning (icterus) dan kelahiran prematur.
Periode pascanatal adalah periode setelah kelahiran anak, kelainan yang menyebabkan cerebral palsy seperti perdarahan otak, trauma kepala, hipoksia-iskemia, ensefalitis, dan meningitis.
Penanganan Cerebral Palsy
Penanganan cerebral palsy memerlukan kerjasama tim yang baik antara dokter saraf anak, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli bedah ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa, dan orang tua penderita.
Cerebral palsy masih bisa ditingkatkan kualitas hidupnya, fungsional mandirinya, diturunkan komplikasinya, diturunkan kekakuannya, dikontrol kejangnya dan ditingkatkan kognitifnya karena otak anak masih terus berkembang.
Di negara maju, terdapat 20-25 persen penderita cerebral palsy yang masih bisa bekerja sebagai buruh pekerja penuh.
Baca juga: Polres Jakbar Gagalkan Peredaran Ratusan Kilogram Ganja Jaringan Sumatera-Jawa
"Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik. Semakin banyak gejala penyertanya dan semakin berat gejala motoriknya maka semakin buruk pula prognosisnya," ujar dia.
Gejala Celebral Palsy
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut merupakan gejala-gejala celebral palsy:
• Adanya gangguan gerakan (otot yang kaku dan refleks yang berlebih);
• Kurangnya keseimbangan dan koordinasi pada otot;
• Mengalami tremor dan gerakan secara tidak sadar secara tersentak-sentak;
• Suka menggeliat;
• Seringnya menggerakan hanya sebelah sisi bagian tubuh;
• Kesulitan untuk berjalan, beberapa biasanya merangkat atau mengesot;
• Kesulitan dengan keterampilan motorik halus, seperti mengancingkan pakaian atau mengambil peralatan.
Gangguan Bicara dan makan
• Keterlambatan dalam perkembangan bicara;
• Kesulitan berbicara;
• Penderita mengalami kesulita mengisap dan mengunyah saat makan;
• Air liur yang berlebihan.
Perkembangan
• Keterlambatan dalam keterampilan motorik, baik duduk ataupun merangkat;
• Kesulitan dalam belajar berbagai hal;
• Mengalami cacat intelektual (kecerdasan berpikir);
• Tubuh yang lebih kecil dibandingkan anak pada umumnya.
Masalah lainnya
• Kejang (epilepsi).
• Kesulitan mendengar.
• Masalah pengelihatan dan gerakan mata yang tidak abnormal.
• Sensasi nyeri saat disentuh.
• Masalah kandung kemih dan usus, termasuk sembelit dan inkontinensia urin.
• Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan masalah perilaku.