Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Belum lama ini presenter kondang Ruben Onsu mengumumkan diirnya mengidap penyakit empty sella syndrome (ESS).
Suami Sarwendah ini harus pergi ke Singapura untuk berobat.
Dalam beberapa wawancara, Ruben mengaku lelah menjalani perawatan dan pengobatan.
Di negeri singa itu ia sempat, menjalani pemeriksaan darah.
Lantas, apa penyebab penyakit tersebut?
Dokter spesialis neurologi RS Atma Jaya, Andre SpN mengungkapkan, penyebab penyakit empty sella sindrom.
Ia mengatakan, faktor risiko tersebut dibagi menjadi dua yakni Primer dan Sekunder.
Baca juga: Ruben Onsu Sakit, Kini Merasa Lega dan Optimis Sembuh Setelah 3 Hari Berobat ke Singapura
"Untuk faktor primer, sampai saat ini belum diketahui penyebabnya meskipun sudah dicari dengan berbagai pemeriksaan," kata dia saat dihubungi Tribunnews com, Senin (1/8/2022).
Kedua faktor sekunder, penyakit ini disebabkan penyakit lainnya seperti paskakecelakaan, tumor, infeksi, paskaoperasi dan lain sebagainya.
"Penyakit ini disebut sindrom karena merupakan kumpulan berbagai gejala. Pada prinsipnya gejala yang timbul karena berhubungan dengan ketidak seimbangan hormon di tubuh kita" jelas dokter Ander.
Dokter Andre menerangkan, pada awalnya terjadi tidak spesifik atau menyerupai penyakit lainnya seperti mudah lelah atau letih, sakit kepala, kurangnya libido, gangguan siklus haid pada wanita, gangguan penglihatan atau pandangan ganda.
Juga buang air kecil yang sangat berlebihan, gangguan garam atau elektrolit di tubuh dan lain sebagainya.
Ia menerangkan, empty sella syndrom adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan gangguan pada sella tursica atau rumah pengatur hormon di tubuh dan kelenjar pituitary.
Kelenjar pituitary adalah kelenjar yang berukuran kecil seperti kacang tetapi fungsinya sangat penting bagi tubuh kita dalam mengatur hormon tubuh.
"Karena fungsinya yang sangat penting maka organ ini dilindungi oleh tulang yang disebut sella tursica," imbuhnya.
Pada empty sella syndrom, sella tursica ini bisa terjadi gangguan dan diisi oleh cairan otak yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan pada kelenjar pituitary atau kelenjar pituitary ini mengecil.