Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia tengah diramaikan oleh fenomena resesi seks.
Sehingga, diprediksi populasi di sejumlah negara menyusut dan membawa dampak negatif terhadap ekonomi.
Lantas apa yang jadi penyebab terjadi penurunan jumlah penduduk di beberapa negara?
Menurut Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., ScD, fenomena ini terjadi karena berbagai faktor.
Satu di antaranya karena faktor biologi.
Baca juga: Fenomena Turunnya Jumlah Penduduk di Luar Negeri Apakah Bisa Dialami Indonesia? Begini Kata Ahli
"Alasannya banyak, salah satunya dari faktor biologis. Misalnya, orang jepang 10 tahun lalu kalau pulang kantor jam 7 malam."
"Sekarang laki-laki kalau pulang kantor jam 12 malam," ungkapnya rangkaian acara Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health 2022 (ICIFPRH) di Yogyakarta, Selasa (23/8/2022).
Pulang lebih lambat membuat fisik pekerja di Jepang lelah ketika tiba di rumah, sehingga frekuensi berhubungan seksual pun menurun.
Padahal secara teori, frekuensi seks mempengaruhi potensi kehamilan.
Faktor lain adalah banyak orang yang memilih untuk menunda pernikahan setelah mencapai target tertentu.
Baca juga: Laporan PBB: Penduduk India Diprediksi Lampaui China di Tahun 2023
Terkait hal ini Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K), Ph.D, pun memberikan pandangan.
Menurutnya, fenomena yang tengah terjadi di luar negeri justru bukan difaktori oleh program keluarga berencana atau KB.
Namun lebih kepada bagaimana pandangan mereka ketika mengatur kehamilan.
"Kalau di luar negeri itu orang malah justru tidak KB lagi. Kadang-kadang mereka sudah mengatur dengan cara pandangan mereka."
"Jadi misalnya tahu kapan masa subur, terus juga betul-betul mengatur dan mempertimbangkan," kata Prof Ova.
Di sisi lain, mulai ada pandangan jika saat akan memiliki anak, perlu dengan persiapan matang.
Tidak hanya sekadar mempunyai anak saja, tapi juga memastikan dapat memenuhi hak-hak mereka kelak.
"Sudah ada pikiran kalau saya nanti punya anak, harus menjadi anak yang berkualitas. Nanti dia pendidikan bagaimana, dan sebagainya," kata Prof Ova.
Pandangan ini membuat orang mulai melakukan perhitungan dengan matang.
Di sisi lain, Prof Ova menyebutkan jika kualitas perempuan Indonesia mulai meningkat.
"Itu karena perempuan makin pandai. Bahkan sekarang di Indonesia kalau kita lihat perempuan mulai banyak berkarir."
"Itu menjadi pertanda jika mulai memperhitungkan banyak hal. Walau masih ada sebagian yang belum," pungkasnya.