Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak tak mau makan atau diilustrasikan sebagai gerakan tutup mulut (GTM) dilakukan bayi saat memasuki tahap mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).
Namun, pada dasarnya GTM pada anak adalah wajar.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter spesialis anak, dr. Reza Abdussalam dalam acara Mothercare, kolaborasi BEABA dan Modern Parent di Jakarta Barat, Rabu (15/9/2022).
Karenanya, orangtua, kata dr Reza tidak perlu khawatir atau bingung. Yang terpenting orangtua perlu sabar dan pantang menyerah saat anak melakukan GTM.
Baca juga: Cara Pemberian MPASI yang Aman dan Benar untuk Cegah Stunting
"Itu lazim, semua anak mengalami. Yang paling penting jangan menyerah dan terus belajar. Anak tidak bisa langsung mau dengan makanan, lakukan perlahan. Lalu jangan lupa eksplorasi dan kreasikan makanan,"ungkapnya saat ditemui di bilangan Jakarta, Rabu (15/9/2022).
Pendapat yang sama pun diungkapkan oleh MPASI Enthusiast sekaligus founder @MammaKanin, Inta Heruwanto, M.Sc. Kunci sukses berikan MPASI pada anak adalah kesabaran dari orangtua.
Karena, terkadang faktor timbulnya tidak disadari oleh orangtua sendiri dan anak belum dapat menyampaikan apa yang dirasakan. Misalnya, anak alami GTM karena tumbuh gigi.
Kedua, ada sesuatu yang salah dari makanan. Misalnya seperti membuatkan opor ayam pada anak, bawang merah dimasukkan terlalu banyak, sehingga rasanya agak tajam.
Ketiga, GTM bisa disebabkan karena hal tidak terduga. Misalnya pada kasus ini.
"Misalnya, bayi waktu makan, di baby chair menghadap jendela. Dan di balik jendela ada kucing. Keesokan harinya di jendela kucing tersebut tidak ada. Nah itu juga bisa menimbulkan GTM pada anak," kata Inta Heruwanto.
Masalahnya, tidak ada yang tahu soal masalah itu. Anak juga tidak dapat memberi tahu. Kesimpulannya, anak cukup sensitif terkait hal ini.
"Kuncinya, pupuklah kesabaran dan kewarasan. GTM adalah wajar, dan perlu support system. Suami, nenek, kakek, semua yang tinggal di rumah," tegasnya.
Ketimbang menu makanan, psikis ibu juga perlu diperhatikan dalam menyukseskan MPASI pada anak.
Di sisi lain, ia mengingatkan jika peran suami sangatlah penting. Lebih lanjut, libatkan anak dalam proses masak dan aktivitas makan.
"Jangan anggap anak itu belum dewasa. Sering ajak anak makan bareng, kotor bareng, masak bareng.
Misalnya berikan finger food misalnya pasta. Ya udah dia megang mentahnya aja. Dipatah-patahin kalau spaghetti. Tapi jangan stres kalau kotor," pungkasnya.