Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) telah memesan 2000 ribu vaksin cacar monyet dari Bavarian Nordic Denmark.
Diperkirakan vaksin buatan perusahaan bioteknologi Denmark ini tiba di Indonesia pada Oktober ini.
Lalu siapa saja penerimanya?
Baca juga: Satgas IDI: Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas dalam Vaksinasi Cacar Monyet
Ketua Satgas Monkeypox PB IDI dr. Hanny Nilasari menyebutkan, vaksin cacar monyet tidak diperuntukan untuk umum atau massal.
Ada tiga kelompok yang diprioritaskan dalam pemberian vaksin yang terbatas ini, yaitu tenaga kesehatan atau nakes, pasien kontak erat, serta populasi risiko tinggi.
"Sama seperti yang sebelumnya pemberian vaksin tidak untuk massal. Tapi indikasi terbatas, artinya pasien kontak erat, tenaga kesehatan, serta populasi risiko tinggi misalnya untuk kasus yang ditracing. Jadi vaksin memang bukan untuk meniadakan penyakit tapi untuk menimalisir infeksi," kata dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (21/9/2022).
Ia merinci, nakes yang bisa mendapat vaksin cacar monyet diutamakan pada mereka yang bekerja dan bertugas dalam lab yang memeriksa penyakit ini.
"Kan ada 15 lab yang mendapat tugas mengidentifikasi cacar monyet ini, terutama tenaga kesehatan di lokasi itu (15 lab)," imbuh dokter spesialis kulit dan kelamin ini.
Baca juga: Pemberian Vaksin Cacar Monyet Hanya untuk Orang Berisiko Tinggi Terinfeksi, Ini Cara Pencegahannya
Kemudian, pemberian vaksin kepada kontak tracing yang serumah dengan pasien diberikan untuk periode tertentu yaitu 4-10 hari setelah pasien kontak dengan kontak tracing.
"Jadi vaksin tak menghilangman infeksi tapi meringankan gejalanya," ujar dia.
Vaksin tersebut direkomendasikan karena paling efektif terhadap cacar monyet.
Vaksin ini bisa dipakai untuk pasien di bawah 18 tahun, aman bagi ibu hamil dan anak, karena telah dipakai di negara-negara endemi cacar monyet.