News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Studi Global: 4,9 Juta Orang Meninggal Karena Resistensi Antibiotik di 2019

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Studi global memperkirakan bahwa lebih dari 4,9 juta orang meninggal di 204 negara di 2019 karena infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Technical Officer (AMR) WHO Indonesia menyebutkan, studi global telah memperkirakan bahwa lebih dari 4,9 juta orang meninggal di 204 negara di tahun 2019 karena infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Restitensi antimikroba menjadi ancaman besar masyarakat global. Karena sangat memengaruhi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. 

Sayangnya, diperkirakan situasi ini  berkembang terus. Mengingat antimikroba banyak digunakan selama pandemi. 

Ha ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto. Selama awal pandemi Covid-19, sebagian besar orang mencari pengobatan yang tepat.

"Termasuk antimikroba ini, tentu hal ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi di dunia. Masifnya penggunaan antimikroba di negara masa pandemi dikhawatirkan bisa mempercepat terjadinya resistensi," ungkapnya dalam acara media briefing yang dilaksanakan oleh WHO yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Agus menyampaikan, jika terjadi resistensi antibiotik dari kasus Tuberkolosis resisten obat (TB-RO) yang terus meningkat. 

Baca juga: Ini Akibatnya Kalau Minum Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2021, diketahui kematian pasien TB-RO mencapai 4-5 kali besar dibanding pasien TB yang sensitif obat.

Namun, angka succses rate TB-RO hanya mencapai 19,23 persen. Sedangkan TB SO mencapai 76,74 persen.

Baca juga: Tidak Semua Penyakit Perlu Obat Antibiotik

"Jumlah akan terus meningkat jika tidak ada pengendalian yaitu hingga 10 juta per tahun 2050. Dapat melampaui kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, Hepatitis dan Diabetes," kata Agus. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini