News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Robbin, Si Robot Canggih dari AS untuk Operasi Pada Pasien Penderita Tulang Belakang

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO RS Premier Bintaro dr. Martha M.L. Siahaan, MARS, MH.Kes.

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah Sakit Premier Bintaro sejak akhir September 2022 lalu mengoperasikan teknologi baru di bidang kedokteran dengan pendekatan robotik yang diberi nama Robotic Navigation Spine Surgery, disingkat Robbin.

Teknologi robotik Robbin ini didatangkan dari Amerika Serikat untuk membantu penanganan operasi pasien yang memiliki masalah pada tulang belakang dengan metode operasi invasif yang sangat minimal dengan sayatan kecil dan akurat.

RS Premier Bintaro merupakan rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan teknologi Robbin ini.

Menurut CEO RS Premier Bintaro [RSPB] dr. Martha M.L. Siahaan, MARS, MH.Kes, teknologi Robbin telah terintegrasi dengan CT scan 256 slices, C-Arm dan didukung tekhnologi MRI 3 Tesla.

Dengan dukungan Robbin, kegiatan operasi tulang belakang pasien menjadi 4 kali jauh lebih cepat dari sebelumnya. 

"Sebelumnya operasi tulang belakang memakan waktu 8 jam, namun dengan menggunakan Robbin dapat dipangkas menjadi 2 jam,” ujarnya.

“Fenomena digitalisasi di industri kesehatan membuat kami harus siap menghadapi
perkembangan teknologi. RSPB telah dan akan terus melakukan peningkatan pada bidang
layanan digital menuju smart hospital agar alur pelayanan dan perawatan pasien makin mudah diakses," ujarnya.

"Ini adalah robot pintar yang akan membantu para dokter kami menangani pasien yang memiliki masalah pada tulang belakang. Dengan teknologi robotik ini pasien tidak perlu ke Eropa atau Amerika lagi untuk melakukan operasi dengan teknologi ini. Devisa juga bisa dihemat,” imbuhnya.

Dia menambahkan, Robbin juga berguna memangkas biaya operasi tulang belakang bagi keluarga pasien.

Baca juga: Dinkes Tangsel Nilai RS Premier Bintaro Penuhi Syarat Jadi Penyedia Layanan Vaksinasi Gotong Royong

"Kita sebenarnya sudah 15 tahun miliki layanan penanganan tulang belakang (spine). Dengan perkembangan teknologi yang berkembang cepat, tidak terhindarkan kita juga harus menggunakan teknologi lebih maju," ungkapnya.

Dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT K-Spine, salah satu dokter spesialis tulang belakang di RSPB,
menjelaskan, Robotic Navigation Spine Surgery atau Robot Assisted Spine Surgery merupakan tindakan pembedahan yang menggunakan teknologi lengan robot dalam melakukan operasi pada tulang belakang.

"Perangkat ini bekerja layaknya GPS karena dia bisa mempertahankan arah di mana tempat yang akan kita pasangkan implan dengan posisi yang sangat presisi. Alat ini juga bisa mengetahui anatomi tulang belakang. Seringkali anatomi yang kita pelajari di bangku kuliah tidak sama dengan yang kita temukan pada pasien," jelasnya.

Pada umumnya, dokter orthopaedi melakukan pemasangan implant pada tulang belakang dengan cara ‘free hand’, cara ini mengandalkan pengetahuan anatomi tulang belakang dan dengan bantuan x-ray.

Dokter orthopaedi yang melakukan tindakan tersebut harus menjaga stabilitas tangannya ketika melakukan pemasangan implant melalui koridor yang sangat sempit dekat dengan struktur-struktur penting seperti saraf dan pembuluh darah.

Pemasangan implant dengan cara ‘free hand’ ini sebetulnya dapat dilakukan dengan aman, tetapi operasi tulang belakang dengan durasi yang cukup lama dapat menyebabkan seorang dokter kelelahan baik secara fisik maupun mental.

Robot yang digunakan pada operasi tulang belakang dapat melakukan pekerjaan berulang-ulang dengan ketahanan yang sangat tinggi tanpa mengurangi performa dan mengurangi
risiko human error karena kelelahan sehingga akan meningkatkan hasil operasi pada pasien.

Dia menjelaskan, tindakan operasi dengan dukungan robot diawali dengan perencanaan pada mesin robot untuk menentukan arah dan posisi implant sehingga penempatan implant menjadi sangat-sangat akurat dengan tingkat akurasi 99 persen.

Baca juga: Apa Itu Spinal Pain atau Nyeri Tulang Belakang? Berikut Gejala dan Tips Pencegahannya

“Operasi kasus-kasus kompleks dengan perubahan struktur anatomi normal menjadi sangat mungkin dilakukan dengan menggunakan teknologi robot, contoh kasus yang sulit dilakukan tanpa robot antara lain adalah scoliosis berat, rheumatoid arthritis pada tulang leher, penyakit degeneratif berat pada tulang belakang dan pergeseran tulang derajat 3-4," ungkapnya.

"Selain mendukung akurasi, penggunaan robot juga dapat meminimalisir dosis radiasi baik pada pasien, dokter dan staf kamar operasi,” kata dr. Asrafi menambahkan.

Dia menambahkan, selain membuat dokter bisa lakukan operasi invasif yang minimal dengan sayatan yang sangat kecil pada pasien, Robbin juga membuat risiko cedera jaringan pada tubuh pasien menjadi sangat ringan.

Selama ini penanganan operasi invasif yang juga minimalis, menggunakan sinar X. Tapi hal tersebut berisiko adanya paparan radiasi pada pasien dan tenaga medis yang menanganinya.

"Dengan menggunakan alat robotik ini, pasien juga bisa ditempatkan hanya dalam satu posisi dan tenaga medis bisa tangani operasi pada berbagai bagian," jelasnya.

Dia menekankan, Robbin tidak menggantikan peran dokter tapi membantu memudahkan cara kerja dokter.

Untuk mengoperasikannya, terlebih dulu dokter memasukkan gambar CT Scan pasien ke robot. Selanjutnya, robot akan mengenali bahwa gambar tersebut adalah milik pasien tersebut.

Kemudian dokter lakukan planning pemasangan implan, baik lokasi, jarak dan ukuran implan yang akan dipasang.

Robot ini memiliki lengan dan selongsong di ujungnya. Lengan robot akan memgarahkan selongsong ke titik tertentu dan oleh lengan akan di-lock kemudian dokter bisa memasukkan alat bor atau implan melalui lengan tersebut.

Baca juga: Nyeri Tulang Belakang atau Lutut Bisa Jadi Indikasi Munculnya Penyakit, Ini Penjelasan Dokter

Dokter Omar Luthfi Sp.OT K-Spine menambahkan, Robbin merupakan alat robotik yang spesial untuk kebutuhan pasang implan di tulang belakang, bisa berupa skrup atau bantalan pada tulang belakang.

"Pada metode pemasangan konvensional selama ini kita tidak tahu apakah skrup yang kita pasang melewati area yang aman meski selama ini pemasangan secara konvensional cukup aman," ujarnya.

Dokter Ajiantoro Sp.OT K-Spine menyatakan, teknologi robotik ini banyak dibutuhkan oleh pasien yang mengalami ketidakstabilan pada tulang belakang, gangguan struktur tulang, misalnya tulang belakang mengalami bengkok, termasuk pasien yang mengalami infeksi pada tulang belakang.

"Dengan alat robotik ini pemasangan implan menjadi 99 persen akurat tidak keliru mengenai syaraf, luka di kulit juga semakin kecil karena minimal invasif," jelasnya.

Dokter Martha menambahkan, sejak alat ini tiba di RSPB dari AS pada Sabtu 24 September 2022 sore, pada hari Seninnya sudah langsung digunakan menangani operasi tulang belakang pasien.

"Sejauh ini sudah ada 5 sampai 7 pasien yang ditangani," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini