News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gangguan Ginjal

Kasus Gangguan Ginjal Akut Pada Anak di Indonesia Tinggi, KPCDI Soroti Peran BPOM

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi organ ginjal

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Soroti peran dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di balik tingginya kasus misterius gangguan ginjal akut pada anak-anak.

“Kita juga tahu bahwa BPOM tugasnya melakukan pengawasan pre-market dan post-market. Juga menjadi pihak yang melakukan uji laboratorium, mengetahui apakah obat sirup ini telah memenuhi syarat keamanan,” ungkap Ketua KPCDI Tony Samosir pada keteranganya, Rabu (25/10/2022).

Baca juga: Ombudsman: BPOM Tak Maksimal Lakukan Pengawasan Obat yang Diuji Perusahaan Farmasi

Seperti yang diketahui,kasus gangguan ginjal akut yang terjadi di Indonesia diduga karena adanya zat senyawa berbahaya di dalam obat sirup

Yaitu zat ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Jika benar kejadian besar ini terjadi karena kandungan zat yang berada di dalam obat-obatan, menurut Tony, tidak hanya industri farmasi ikut bertanggungjawab terhadap keamanan dan mutu obat.

Namun juga BPOM, sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini harus ikut bertanggung jawab juga.

Baca juga: Daftar Rumah Sakit Rujukan untuk Gagal Ginjal Akut di Indonesia

Diketahui salah satu tugas dan fungsi BPOM adalah mengeluarkan izin edar obat atau makanan hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara aman.

Pihaknya pun menyayangkan hingga saat ini sebanyak 141 anak-anak tidak dapat tertolong.

Hal ini menggambarkan bahwa fatality rate kasus ini sangat tinggi atau di atas 50 persen dari jumlah yang dilaporkan sejauh ini yakni 245 kasus di seluruh Indonesia.

Pedoman penanganan gangguan ginjal akut. (iStockphoto)

Kemungkinan data ini akan terus bertambah dalam beberapa hari ke depan.

Tony pun mempertanyakan bagaimana mekanisme kerja BPOM dalam memeriksa kandungan, komposisi, dan izin edar dari obat dan makanan yang dikonsumsi masyarakat.

Bahayanya, bagi Tony jika pemeriksaan ini dilakukan tidak rutin sehingga hal ini dapat terjadi.

Tidak menutup kemungkinan terjadi obat dan makanan jenis lainnya.

“Tentu jangan sampai sudah kecolongan seperti ini kita panik seluruhnya, dievaluasi, dan ditarik kembali setelah jatuhnya korban,” tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini