Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Enam orang di Kota Semarang meninggal dunia karena leptospirosis.
Leptospirosis merupakan penyakit ini dapat ditularkan melalui urine tikus, genangan air yang masuk ke area rumah dapat mengakibatkan aliran air kencing tikus dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Bakteri Leptospira ini paling umum memasuki tubuh melalui hidung, mulut, atau mata, atau melalui abrasi kulit saat orang terpapar air yang terkontaminasi urine dari hewan yang terinfeksi.
Baca juga: Dokter di Australia Peringatkan Penyakit Leptospirosis kepada Para Pemiara Anjing
Dikutip dari laman WHO, Leptospirosis terjadi di seluruh dunia tetapi lebih banyak muncul di wilayah-wilayah tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan yang tinggi.
Kejadian leptospirosis terkait erat dengan faktor-faktor risiko infeksi yang berisiko menjadi fatal.
Ada berbagai faktor-faktor risiko leptospirosis di Indonesia selain banjir, seperti kondisi selokan dan sanitasi yang buruk di daerah hunian.
Risiko-risiko ini menjadi lebih buruk saat manusia atau hewan terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi seperti air berlumpur, air sungai atau banjir, atau saat berenang, mandi, atau mencuci di sungai.
Pekerja lebih terpapar risiko-risiko ini, terutama mereka yang tidak mengenakan alat pelindung diri, berkegiatan di sawah, mengumpulkan kayu di hutan, dan membersihkan sampah.
Selain itu, air minum terkontaminasi dapat menjadi risiko infeksi leptospirosis pada manusia jika air tersebut tidak diolah.
Gejala Leptospirosis
Dilansir dari laman Kemenkes, berikut gejala penyakit leptospirosis yang dapat dirasakan oleh pasien yang terjangkit:
1. Demam Mendadak
2. Lemah