Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu di antara pelajaran yang bisa diambil dari Tragedi Kanjuruhan adalah pentingnya bagi para petugas untuk memahami kode kedaruratan dalam penanganan insiden yang melibatkan banyak orang (massal).
Pelajaran itu yang membuat RS Premier Bintaro (RSPB) secara berkala melakukan simulasi kegawatdaruratan untuk menguji kesiapan para tenaga kesehatan dan petugas rumah sakit jika terjadi suatu kondisi atau kejadian luar biasa.
Simulasi yang dilakukan kali ini bersertifikasi secara besar dengan mengaktifkan 9 kode kegawatdaruratan secara bersamaan.
“Kami belajar dari tragedi Kanjuruhan dan sangat berempati serta berbelasungkawa kepada seluruh korban dari kejadian tersebut. Kami tentu tidak berharap hal itu terjadi di sekitar kami, namun dari itu kami selaku fasilitas kesehatan berkaca diri dan belajar bagaimana agar selalu tanggap dan berperan semaksimal mungkin jika hal seperti itu terjadi,” kata CEO RSPB, dr Martha ML Siahaan MARS dikutip, Selasa (1/11/2022).
Dr Martha menjelaskan, simulasi ini juga kami lakukan agar kami selalu dapat melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang di lingkungan RSPB.
Simulasi ini melibatkan lebih dari 120 orang karyawan dengan 30 probandus (orang yang berpura-pura sebagai pasien) dari luka ringan, berat hingga meninggal dunia.
Beberapa instansi yang terlibat antara lain, Gegana Korbrimob dan Pemadam Kebakaran Tangerang Selatan.
Baca juga: RS Pelni Latih Para Pengemudi Ojol Tangani Kondisi Gawat Darurat Medis
Sembilan kode kegawatdaruratan yang diaktifkan adalah kode tanggap kejadian luar biasa, tenaga bantuan internal (staff, dokter, perawat dan asset), ancaman bom, ancaman api, ancaman terhadap internal (staff, dokter, perawat dan asset), tanggap henti jantung, bencana internal, evakuasi, dan kode situasi berhasil ditangani.
Kronologis dari simulasi ini dimulai dari adanya kecelakaan massal dengan puluhan korban yang dirujuk ke RSPB.
Di saat bersamaan terjadi pula ancaman dua buah bom dimana salah satunya meledak dan memakan korban serta mengakibatkan kebakaran dan pemadaman listrik dimana rumah sakit harus melakukan evakuasi pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca juga: Penyelamatan Pertama Gawat Darurat Atasi Risiko Tinggi Kematian, Tak Hanya untuk Tenaga Medis
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk melatih staf rumah sakit baik medis maupun nonmedis agar secara bersama memahami peran dari masing-masing pada situasi gawat darurat.
Peran yang diuji antara lain kemampuan dalam mengidentifikasi kegawatdaruratan, menyampaikan informasi kegawatdaruratan, melaksanakan prinsip kegawatdaruratan sesuai dengan prosedur tanggap darurat dan juga kemampuan menggunakan asset dalam penanganan kegawatdaruratan.
Baca juga: Pembayaran Ambulans Gawat Darurat Dinkes DKI Kini Didukung Cashless
Dia menambahkan dengan pelatihan tanggap darurat secara berkala bukan hanya melatih setiap pekerja pihaknya.
"Tetapi juga membentuk ketangguhan mental dan melatih cara berpikir karyawan ketika menghadapi situasi yang darurat,” kata dia. (*/)