Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hari AIDS Sedunia (HAS) rutin diperingati pada 1 Desember setiap tahunnya.
Peringatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat akan pentingnya pencegahan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam pengendalian HIV/AIDS.
Tema Global peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2022 yaitu “Equalize”.
Baca juga: 50 Link Twibbon Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2022, Lengkap dengan Cara Mudah Unggah di Sosial Media
Tema ini dipilih mengingat pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan yang mendorong terjadinya AIDS di seluruh dunia, khususnya pada perempuan, anak, dan remaja. Tanpa tindakan nyata dan terukur terhadap ketidaksetaraan, dunia termasuk Indonesia berisiko tidak mencapai target untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030.
Sementara tema nasional yang diambil adalah Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Tema ini mengajak semua untuk mengulurkan tangan, bergerak bersama, sebagai kekuatan terbesar untuk mengakhiri AIDS di Indonesia dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.
Namun masih banyak orang yang masih mengira HIV/AIDS merupakan istilah yang serupa.
Padahal keduanya memiliki pengertian berbeda.
Meski demikian, penyebab dan penularan HIV dan AIDS sama.
Baca juga: 12.553 Anak di Indonesia Terinveksi HIV, Kemenkes Bertekad Akhiri Epidemi AIDS pada Tahun 2023
HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus yaitu virus yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS merupakan acquired immunodeficiency syndrome yaitu sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Gejala awal
Gejala awal saat terkena HIV adalah mirip dengan flu. Seseorang akan mengalami kondisi mirip flu setelah 2 sampai 4 minggu terinfeksi HIV.
"Begitu virus HIV masuk dalam darah sebenarnya gejalanya sangat ringan sama kayak orang kena flu burung, terus akan sembuh sendiri itu yang kita sebut dengan infeksi HIV awal, waktunya itu cuman beberapa Minggu setelah kemasukan virus HIV," ujar Dokter di Instalasi Pelayanan Terpadu HIV dan Penyakit Infeksi RSCM, DR dr Evy Yunihastuti SpPD KAI dalam media briefing IDI, Rabu (30/11/2022).
Bila tidak segera ditangani dengan terapi obat antiretroviral, maka HIV akan berkembang ke tahap AIDS dengan gejala penyakit beragam sesuai komplikasi yang diidap penderita.
Tahapan lanjutan menjadi AIDS ini akan dirasakan penderita pada 5 sampai 7 tahun.
Saat fase ini juga akan terlihat berat badan turun.
Tes HIV dan AID
Berikut tes yang bisa dijalani:
1. Tes Darah atau Tes Antibodi HIV
Tes ini paling sering dilakukan karena hanya memakan waktu 10-20 menit untuk bisa mengetahui hasilnya.
Baca juga: Cara Pengobatan AIDS, Bisa untuk Mencegah Penularan HIV dari Ibu Hamil ke Janin
Darah yang diambil tidak lebih dari 1 cc untuk kemudian diteteskan dengan reagen tertentu untuk mengetahui reaksi kimianya.
Jika positif maka seseorang akan langsung menjalani terapi pengobatan ARV.
Namun, tes ini mendeteksi jika dilakukan pada hari ke 23-90 hari setelah terpapar virus.
2. Tes HIV antibodi-antigen
Dilansir sptitia.id, tes HIV satu ini mendeteksi antibodi terhadap HIV-1, HIV-2, dan protein p24.
Protein p24 adalah bagian dari inti virus (antigen dari virus). Meski antibodi baru terbentuk berminggu-minggu setelahnya terjadinya infeksi, tetapi virus dan protein p24 sudah ada dalam darah. Sehingga, tes tersebut dapat mendeteksi dini infeksi infeksi.
3. Nucleic Acid Test (NAT)
Dari laman hellosehat, pemeriksaan ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah yang akan diuji untuk mendeteksi virus dalam darah. Dengan melakukan NAT, tim medis dapat mengetahui seberapa banyak virus dalam tubuh atau test viral load.
Meskipun pemeriksaan ini dinilai paling efektif untuk mendeteksi HIV/AIDS, tetapi tes ini memerlukan biaya yang cukup mahal. Hasil dari tes ini membutuhkan waktu beberapa hari. Tes ini dapat menunjukkan hasil positif jika kamu melakukan tes setelah 10–33 hari setelah paparan virus HIV.
*Cara Penularan
Menurut WHO, HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina.
HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama kehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air.
Cara Menghindarinya
Untuk mnghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut:
A Abstinence artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
B Be faithful artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
C Condom artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
D Drug No artinya dilarang menggunakan narkoba.
E Education artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatan.
Harapan Hidup
Hingga saat ini belum ada satupun obat yang dapat menyembuhkan orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
Namun ada terapi obat antiretroviral (ARV) yang bertujuan untuk menekan viral load hingga kadar yang tidak terdeteksi (virus tersupresi), meningkatkan fungsi imun dan kualitas hidup secara keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi AIDS) dan non-AIDS, serta memperpanjang kehidupan pasien dan mengurangi risiko penularan HIV.
Pakar kesehatan sekaligus dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) Prof Zubairi Djoerban menyatakan, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa hidup produktif, bugar, dan fit dengan manajemen minum ARV yang teratur.
"HIV/AIDS bisa ditata dengan manajemen yang baik. Tapi masalahnya ada beberapa yang putus obat. Kalau ada yang putus obat itu bahaya tapi tidak selalu fatal juga," ungkap dia.
Selain patuh menjalani terapi obat ARV, gaya hidup bersih dan sehat, serta rajin kontrol ke dokter, konseling dan pendampingan serta dukungan dari keluarga dan masyarakat agar kualitasnya kian baik menjadi hidup penderita HIV dan AIDS kian baik.
"Orang dengan sakit HIV/AIDS itu tidak ada yang mau sakit. Jadi perlu dukungan jangan sampai ter stigmasisasi, jangan sampai HIV AIDS dijauhin justru harus perlu didukung," pesan dokter penemu kasus pertama AIDS di Indonesia ini.