News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hasil Studi: Terlalu Banyak Menatap Layar Gadget Meningkatkan Risiko OCD pada Anak-anak

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi anak-anak bermain gadget. Sebuah penelitian menunjukkan anak-anak dengan screen time yang lama, lebih mengembangkan kemungkinan mengalami OCD atau Obsessive Compulsive Disorder

TRIBUNNEWS.COM - Anak-anak praremaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu terpaku pada layar gadget mereka memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami Obsessive Compulsive Disorder (OCD), menurut sebuah penelitian.

Peluang anak-anak terkena OCD selama periode dua tahun meningkat sebesar 13 persen untuk setiap jam mereka bermain video game.

Sementara itu, peluang meningkat sebesar 11 persen untuk setiap jam mereka menonton video.

Perhitungan itu didapat menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti UC San Francisco (UCSF), yang diterbitkan pada  Senin (12/12/2022) di Journal of Adolescent Health, The Independent melaporkan.

Penulis utama studi tersebut memperingatkan orang tua bahwa screen time yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental praremaja.

“Anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan bermain video game, merasa perlu untuk bermain lebih banyak lagi dan tidak dapat berhenti meski sudah mencoba,” kata Jason Nagata, MD, asisten profesor pediatri di UCSF.

Baca juga: Mengenal OCD: Jenis Obsesi Umum, Gejala, dan Penyebab Gangguan Pola Pikir

“Pikiran yang mengganggu tentang konten video game dapat berkembang menjadi obsesi atau kompulsi.”

Nagata mengatakan menonton video juga bisa membuat praremaja ingin melihat konten serupa secara kompulsif.

Algoritma dan iklan dapat memperburuk perilaku itu, tambahnya.

OCD adalah kondisi kesehatan mental yang melibatkan pikiran berulang dan tidak diinginkan serta perilaku berulang yang membuat seseorang terdorong untuk melakukannya.

"Kecanduan layar dikaitkan dengan kompulsif dan hilangnya kontrol perilaku, yang merupakan gejala inti dari OCD," kata Nagata.

Para peneliti bertanya kepada 9.204 praremaja berusia 9 hingga 10 tahun di AS berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk berbagai jenis platform.

Rata-rata adalah 3,9 jam per hari.

Penggunaan layar untuk tujuan pendidikan dikecualikan.

Dua tahun kemudian, 4,4 persen dari praremaja tersebut telah mengembangkan OCD onset baru.

Video game dan video streaming masing-masing terhubung dengan risiko lebih tinggi terkena OCD.

Mengirim SMS, obrolan video, dan media sosial tidak terhubung satu per satu dengan OCD, tetapi itu mungkin karena praremaja dalam sampel tidak banyak menggunakannya, kata peneliti.

Hasil mungkin berbeda untuk remaja yang lebih tua, tambah mereka.

Ilustrasi seseorang dengan OCD

Baca juga: Apa Itu Penyakit OCD? Bagaimana Perilaku Pengidap OCD? Simak Penjelasannya

Pada bulan Juli, Nagata dan rekan-rekannya menemukan waktu layar yang berlebihan dikaitkan dengan gangguan perilaku yang mengganggu pada anak usia sembilan hingga 11 tahun, dengan media sosial sebagai kontributor terbesar.

Pada tahun 2021, peneliti menemukan waktu layar remaja meningkat dua kali lipat selama pandemi.

“Meskipun screen time memiliki manfaat penting seperti pendidikan dan peningkatan sosialisasi, orang tua harus menyadari potensi risikonya, terutama terhadap kesehatan mental,” kata Nagata.

“Orang tua dapat membuat rencana penggunaan media di antaranya tidak memegang gadget sebelum tidur.”

Studi Lain yang Berkaitan

Studi terpisah menunjukkan bahwa sering memberikan perangkat seluler kepada anak-anak kecil untuk mendiamkan mereka dapat lebih berbahaya dalam jangka panjang.

Sekitar 422 orang tua, ditambah 422 anak berusia tiga hingga lima tahun, mengambil bagian dalam penelitian dari Agustus 2018 hingga Januari 2020.

Hasil dipublikasikan oleh JAMA Pediatrics pada Senin.

Para peneliti dari University of Michigan di Ann Arbor ingin mengetahui apakah memberi anak smartphone atau tablet untuk membuat mereka diam akan menciptakan masalah jangka panjang untuk fungsi eksekutif dan reaktivitas emosional mereka.

Fungsi eksekutif yang dimaksud yakni "kontrol penghambatan, memori kerja, dan fleksibilitas perhatian".

Makalah tersebut menyimpulkan bahwa, terutama pada anak laki-laki atau anak kecil dengan peningkatan temperamental, penggunaan gadget demi membuat anak diam harus dihindari.

Studi tersebut menyimpulkan:

“Meskipun menggunakan video, aplikasi, atau foto pada perangkat mungkin efektif dalam mengalihkan perhatian atau meredakan kerewelan anak kecil pada saat itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik ini dapat menjadi kebiasaan yang lebih sering dengan anak-anak yang lebih reaktif secara emosional."

Hal ini dapat memperburuk keterampilan pengaturan emosi mereka dari waktu ke waktu.

“Khususnya untuk anak laki-laki dan anak-anak dengan temperamen yang lebih tinggi, profesional kesehatan anak mungkin perlu mendorong metode alternatif dan dukungan terapeutik untuk pengaturan emosi sejak usia dini.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini