News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Bisnis Tes PCR dan Antigen Terancam Punah, Laboratorium dan Klinik Mulai Alihkan Jenis Usaha

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon penumpang kereta api jarak jauh saat akan melakukan test antigen di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Selasa (2/8/2022). PT KAI memperketat syarat untuk penumpang kereta jarak jauh yaitu wajib menunjukkan sertifikat vaksin booster atau menunjukkan hasil negatif COVID-19 dari tes usap antigen 1x24 jam atau PCR 3x24 jam guna mencegah penyebaran COVID-19. //HO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis layanan antigen dan polymerase chain reaction (PCR) terbukti meraup keuntungan yang cukup besar seiring adanya pandemi Covid-19 yang terjadi pada rentang tahun 2020 hingga 2022.

Diketahui, kedua tes tersebut sangat diperlukan untuk mendeteksi seseorang dari infeksi virus yang dimaksud.

Pada awalnya, tes PCR memang dibanderol hingga jutaan rupiah per tes.

Baca juga: Antisipasi Kimia Farma Laboratorium & Klinik Setelah Bisnis Tes PCR dan Antigen Surut

Dan tes antigen dihargai sekitar ratusan ribu rupiah per tes.

Namun, seiring penanganan pandemi Covid-19, perlahan layanan PCR dan antigen mulai ditinggalkan.

Lalu, turunnya penggunaan layanan PCR-Antigen berdampak pada bisnis perusahaan yang bergerak di jasa laboratorium.

Baca juga: Antisipasi Kimia Farma Laboratorium & Klinik Setelah Bisnis Tes PCR dan Antigen Surut

Direktur Utama Kimia Farma Laboratorium dan Klinik, Ardhy Nugrahanto Wokas menyampaikan, hal tersebut tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kinerja bisnisnya.

Meskipun, pada saat kasus infeksi Covid-19 meledak pada tahun 2020 dan 2021, bisnis PCR-Antigen memang memberikan kontribusi yang cukup besar.

Pemerintah Nyatakan PPKM selesai, tapi tidak ada penghapusan terkait mekanisme pelaksanaan tes PCR dan rapid antigen. (Tangkap Layar Kompas Tv)

"Kalau 2021 itu kontribusinya sangat tinggi sekali karena dampak dari peak. Tapi di 2022 mulai menurun sampai di angka 10 persen, dan ekspektasi tahun ini bahkan sudah menghilang (layanan PCR-Antigen),"ucap Ardhy saat ditemui di Kawasan Thamrin Jakarta, Kamis(9/3/2023).

Namun, Kimia Farma laboratorium dan klinik kini mengaku telah bertransformasi dalam segi bisnis. Yaitu menghadirkan berbagai layanan seperti layanan Dokter dan Perawat, perawatan Home Visit, rawat luka umum dan diabetes, Mom and Baby Care, serta layanan tes laboratorium (Medical Check Up).

Baca juga: PPKM Selesai, Jokowi Bakal Buat Aturan Baru soal Mekanisme Tes PCR dan Antigen

"Kemarin kita bicara pandemi adalah sesuatu yang istilahnya sesuatu yang menguntungkan, namun faktanya mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi masyarakat Indonesia," ucap Ardhy.

"Makanya kami sekarang melihat Kimia Farma Lab and Klinik ini mulai bertransformasi ke arah yang tidak lagi tendensi terhadap Covid-19 sama sekali," lanjutnya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon penumpang kereta api jarak jauh saat akan melakukan test antigen di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Selasa (2/8/2022). PT KAI memperketat syarat untuk penumpang kereta jarak jauh yaitu wajib menunjukkan sertifikat vaksin booster atau menunjukkan hasil negatif COVID-19 dari tes usap antigen 1x24 jam atau PCR 3x24 jam guna mencegah penyebaran COVID-19. //HO (TRIBUNNEWS.COM/IST/HO)

Dalam kesempatan yang sama Ardhy juga menjelaskan, Kimia Farma Laboratorium dan Klinik melakukan Rebranding sebagai komitmen untuk mewujudkan layanan kesehatan yang berkualitas serta berkelanjutan bagi masyarakat. Sebagai perusahaan penyedia layanan kesehatan yang terpadu, terbaik, terpercaya, dan terintegrasi secara
nasional terus bertransformasi dalam akselerasi layanan kesehatan di Indonesia.

Dalam mendukung hal tersebut, perusahaan meluncurkan identitas baru dengan brand face Kimia Farma Laboratorium dan Klinik.

“Perubahan identitas menjadi langkah strategis korporasi untuk menciptakan semangat dan sinergi baru dalam mewujudkan layanan kesehatan yang terdepan dan terintegrasi secara nasional," pungkas Ardhy.

Diketahui, saat PPKM resmi dicabut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, tes PCR maupun Rapid Antigen, tidak diwajibkan usai PPKM dicabut.

Namun, Budi mengharapkan tes tersebut menjadi kesadaran masyarakat sendiri untuk mencegah Covid-19.

Budi melanjutkan, jika ada masyarakat positif Covid-19 berkeliaran, maka status di PeduliLindunginya sudah tidak lagi berwarna hitam. Namun, ia mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya Covid.(Tribun Network/ism/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini