Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hipertensi dan diabetes melitus adalah salah satu masalah kesehatan yang harus diperiksa sebelum memulai puasa.
Bagi mereka yang memiliki hipertensi berat, kurangnya konsumsi elektrolit karena puasa dapat meningkatkan risiko aritmia jantung, yaitu detak jantung yang tidak teratur.
Selain itu, bagi mereka dengan jenis diabetes tertentu, misalnya, diabetes tipe 2, puasa dapat mengakibatkan hipoglikemia yang bisa berdampak fatal.
Orang dengan risiko hipertensi dan diabetes yang tinggi harus mengukur tekanan darah dan kadar gula darah mereka sebelum memutuskan untuk berpuasa setiap hari selama Ramadan.
Untuk itu untuk mengukur tekanan darah dan alat vital lainnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah menggunakan alat medis yang teruji secara klinis dan banyak digunakan, seperti monitor tekanan darah.
Baca juga: Ketahui Tiga Gejala Umum Anak Mengidap Diabetes
Juwalita Surapsari, Spesialis Gizi Klinik di RS Pondok Indah Jakarta menekankan, pentingnya mengukur tekanan darah dan kadar gula darah secara rutin selama Ramadan.
Pemantauan komposisi tubuh dan tekanan darah penting dilakukan pada kondisi tertentu dan pada seseorang yang berisiko berat jika menjalankan puasa seperti ibu hamil, penyandang diabetes, dan penyandang hipertensi yang baru mendapatkan obat atau penyesuaian obat.
"Pengukuran tekanan darah dan gula darah selama Ramadan harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui secara akurat kondisi tekanan darah dan kadar gula darah serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti hipoglikemia atau hiperglikemia," kata Juwalita saat temu media daring yang diadakan Omron, Kamis (30/3/2023).
Juwalita mengatakan, hasil pengukuran yang terekam dengan baik akan memudahkan pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis untuk memberikan perawatan yang tepat jika hal yang buruk terjadi.
Dikatakannya, jika puasa sakit kepala berat, mual, muntah, dehidrasi berat, buang air kecil berwarna gelap sekali, dan berdebar-debar, kalau ada kecurigaan itu dibutuhkan pemantauan tekanan darah di rumah secara mandiri.
Dokter lulusan Universitas Indonesia juga memberikan tips agar nutrisi tetap terpenuhi selama menjalankan ibadah puasa.
"Saat sahur usahakan mengonsumsi karbohidrat kompleks agar gula darah naik perlahan dan tidak cepat turun sehingga konsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, susu dan yogurt juga bisa mencegah kita dari konstipasi atau sembelit," katanya.
Juwalita juga mengingatkan untuk memenuhi cairan dengan mengonsumsi air mineral 8 gelas sehari yang dibagi saat sahur dan berbuka, dan tidak banyak mengonsumsi teh atau kopi karena bisa merangsang dehidrasi akibat sering buang air kecil.
"Sahur dan berbuka itu waktu yang krusial untuk mencukupi cairan. Hindari minuman kafein teh atau kopi karena bisa merangsang buang air kecil banyak sehingga jadi dehidrasi, dan hindari makanan terlalu asin karena lebih menimbulkan rasa haus," katanya.
Tomoaki Watanabe, Direktur Omron Healthcare Indonesia mengatakan, mengukur tekanan darah dan alat vital lainnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah menggunakan alat medis yang teruji secara klinis dan banyak digunakan, seperti monitor tekanan darah dan komposisi tubuh Omron.
Monitor tekanan darah baru Omron hadir dengan konektivitas Bluetooth dan antarmuka dengan aplikasi seluler OMRON Connect sehingga dengan mudah mengunggah, menyimpan, dan berbagi data tekanan darah mereka dengan dokter serta anggota keluarga, yang membuat mereka mendapatkan wawasan tentang tren tekanan darah dalam jangka waktu yang lebih lama.
"Berbagi info secara real time ini membantu para dokter membuat keputusan yang lebih tepat yang mengarah pada kontrol yang lebih besar atas peristiwa yang mengancam jiwa," katanya.