Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Cemas dan trauma dapat menjadi penyebab penyakit disfungsi ereksi atau erectile dysfunction (ED) pada pria.
Karena itu, Dokter Spesialis Urologi dan Konsultan Andro Urologi, Endo Urologi, Prof. dr. Ponco Birowo, menjelaskan penting untuk mengenali gejala awal dan segera menghubungi dokter jika mengalami kondisi disfungsi ereksi.
"Pengobatan yang tepat dan teratur akan memastikan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang," kata dia dalam kegiatan talkshow beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ciri-ciri dan Gejala Pria Terkena HIV: Mulai Sering Sakit Flu, Sesak Napas hingga Disfungsi Ereksi
Penyakit disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria tidak bisa dianggap remeh.
Lalu apa saja penyebabnya?
Kebiasaan hidup tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan kebiasaan merokok menjadi beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami disfungsi ereksi.
Ada beberapa jenis disfungsi ereksi:
1. Disfungsi ereksi organik: Jenis ini terjadi karena penyakit sistemik atau cacat organik yang mempengaruhi fungsi ereksi penis.
Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi organik, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan penyakit neurologis. Disfungsi ereksi akibat masalah hormon dan trauma atau cedera fisik juga termasuk dalam klasifikasi disfungsi ereksi organik.
Baca juga: Apa Itu Priapisme? Kondisi yang Dialami Pasien Covid-19 karena Ereksi Selama 3 Jam Sebelum Meninggal
2. Disfungsi ereksi psikogenik: Jenis disfungsi ereksi ini terjadi karena masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau trauma psikologis.
3. Disfungsi ereksi campuran: merupakan disfungsi ereksi yang disebabkan karena campuran dari masalah psikogenik dan organik.
Bagaimana cara mengobatinya?
Pengobatan dapat dilakukan secara bertahap.
Dokter di RS Siloam ASRI ini menuturkan, tata laksana disfungsi ereksi membutuhkan waktu dan tidak dapat diselesaikan secara instan
Lantaran, seorang pasien disfungsi ereksi perlu dilakukan diagnosis terlebih dahulu untuk menentukan jenis dari penyakit disfungsi ereksi yang diderita.
Selanjutnya, baru dapat diberikan obat-obatan.
"Jika obat-obatan tidak dapat menyembuhkan, penanganan pasien dapat berlanjut ke tahap operasi," ungkapnya.
Kenali Tanda dan Gejala Disfungsi Ereksi
Berikut ciri yang dirasakan jika seseorang mengalami disfungsi ereksi antara lain kesulitan untuk mempertahankan ereksi yang cukup keras dan tahan lama saat melakukan hubungan seksual, kesulitan untuk mencapai ereksi walaupun sudah dirangsang secara seksual, dan menurunnya gairah seksual.
“Masalah kesehatan fisik seperti faktor usia, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, penyakit pernapasan, dan penyakit kronis lainnya merupakan beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi timbulnya disfungsi ereksi dan masalah kesuburan pada seseorang,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Baca juga: Depresi Karena Perang, Mantan Komandan Militer Rusia Kabur Tinggalkan Pasukan
Selain kesehatan fisik, Prof. Ponco juga menjelaskan jika masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, stres, dan trauma emosional masa lalu seseorang dapat berpengaruh kepada disfungsi ereksi dan kesuburan pria.
Ditambah seseorang tersebut memiliki riwayat merokok, minum alkohol berlebihan, atau menggunakan obat terlarang juga merupakan faktor lain yang dapat memicu disfungsi ereksi dan gangguan pada kesuburan pria.
Disfungsi ereksi bukan penyakit komplikasi, tetapi dapat menjadi tanda dari adanya masalah kesehatan yang mendasar atau penyakit yang memengaruhi sistem vaskular atau saraf.
Namun, jika dibiarkan tanpa pengobatan, disfungsi ereksi bisa memburuk dan memengaruhi kehidupan seksual dan bisa memicu masalah psikologis seperti depresi atau kecemasan, dan juga memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan sehingga kesuburannya akan terganggu.
Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami disfungsi ereksi.
Dalam menangani masalah disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria, Prof Ponco menjelaskan jika RigiScan® menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan diagnostik awal.
RigiScan® merupakan alat diagnostik yang digunakan untuk menilai kualitas ereksi pria pada malam hari (ereksi nokturnal).
Umumnya pria yang sehat mengalami sekitar 3 hingga 6 ereksi setiap malam.
Dengan kata lain, ereksi pada malam hari adalah cara tubuh “melatih” penis sehingga penis cukup sehat untuk melakukan aktivitas seksual.
RigiScan® digunakan untuk mengukur frekuensi, kualitas, dan durasi ereksi malam hari.
Alat ini dapat membantu dalam membedakan antara disfungsi ereksi organik dan psikogenik.
Hasil diagnostik juga dapat memberikan informasi dan membantu dokter menentukan cara terbaik untuk memulai tata laksana disfungsi ereksi.
Terapi Pengobatan Disfungsi Ereksi
Setelah melakukan pemeriksaan diagnosis, dokter ahli urologi dapat menentukan tatalaksana yang tepat berdasarkan kondisi pasien.
Prof. Ponco menyebutkan jika ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy) dapat menjadi salah satu pilihan terapi dalam mengatasi masalah disfungsi ereksi dan kesuburan pada pria dengan tingkat keberhasilan terapi ESWT kepada pasien mencapai 60-70 persen.
Cara kerja ESWT adalah dengan merangsang pertumbuhan sel dan pembuluh darah kapiler baru pada penis yang telah mengalami kerusakan atau tersumbat.
Hal tersebut dapat membantu meningkatkan aliran darah ke penis dan memperbaiki fungsi ereksi.
“Biasanya, pasien tidak memerlukan anestesi, namun beberapa pasien mungkin mengalami sensasi kesemutan di area yang diterapi. Terapi ESWT untuk disfungsi ereksi biasanya membutuhkan beberapa sesi perawatan dengan jeda waktu beberapa minggu antara setiap sesi,” ujar peraih European Society for Sexual Medicine Grant for Medical Research tersebut.
Tips Mencegah Disfungsi Ereksi dan Menjaga Kesehatan Seksual Pria
Penyakit pada sistem urologi pria sering terjadi, namun dapat dicegah dengan melakukan beberapa tindakan preventif.
Jika mengalami tanda-tanda awal gangguan kesehatan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter yang tepercaya.
Selain itu, menjaga pola hidup sehat seperti, mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan jantung dan ginjal, melakukan olahraga teratur, menjaga bentuk badan tetap ideal, dan meninggalkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol berlebih dapat membantu mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada sistem urologi.
Tips berikutnya adalah menjaga kesehatan organ intim dan sistem kemih dengan memperhatikan kebersihan diri.
Selain itu, hindari memakai celana atau pakaian dalam yang terlalu ketat karena dapat menekan sistem reproduksi pria.