News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penderita Gangguan Saraf Mulai Bergeser ke Anak Muda, Kenali Gejalanya

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Kiri ke Kanan) Pontiana, co-founder Sedjoek, Mei, sedjoekmates, Dr. Bambang Siswanto S.pS dan Fyra, co-founder Sedjoek.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gejala terkait saraf, seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda.

Penyebabnya adalah gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.

Namun, masyarakat terutama anak muda cenderung masih memiliki persepsi yang salah tentang gangguan saraf, kesadaran yang rendah untuk segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf dan cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengkonsumsi obat penghilang nyeri atau pijat dan urut.

Akibatnya keluhan sakit bisa kembali kambuh atau bertambah parah.

Untuk memperingati Neuropathy Awareness Week, Neuro Care by Klinik menggelar konsultasi untuk komunitas anak muda yang aktif bergerak di bidang olahraga hingga perkantoran.

Inisiatif ini merupakan salah satu wujud nyata kampanye #GerakanSadarSaraf yang diluncurkan sejak Neuro Care diperkenalkan ke masyarakat.

Dokter Spesialis Saraf sekaligus Captain Doctor Neuro Care by Klinik Pintar dr. Zicky Yombana, Sp.S., mengatakan bahwa saat ini profil pasien dengan gangguan saraf sudah bergeser ke usia produktif, mulai dari 20 hingga 30 tahun ke atas.

Gejala yang muncul kerap tidak disadari karena anak muda saat ini sedang aktif dengan berbagai kegiatan.

"Gangguan saraf memiliki spektrum yang sangat luas, mulai dari hal ringan seperti kesemutan, sakit kepala, nyeri di tubuh, hingga hal yang kronis seperti stroke," jelas dr. Zicky kepada wartawan, Selasa (13/6/2023).

Self-diagnosed, kata dia, dapat memicu salah penanganan dan justru membuat gangguan bertambah parah.

"(Ini) pada akhirnya menghambat produktivitas, jadi anak-anak muda yang tadinya berniat aktif, berolahraga, berkarya, malah jadi terhambat. Jadi kami merasa perlu mengedukasi dan mendukung, lewat komunitas-komunitas anak muda," kata dr. Zicky.

Sementara itu Owner Tennis Sedjoek, Rachmi Annisa mengatakan bahwa komunitasnya menjadi wadah bagi anak muda untuk berkumpul, bermain tenis secara menyenangkan sambil saling bertukar pendapat terkait gerakan sadar saraf ini.

"Sebagai perwakilan dari komunitas olahraga, kami ingin semua SedjoekMates yang bermain bisa lebih aware mengenai penyakit saraf," jelas Rachmi.

Baca juga: Posisi Tidur yang Tepat Saat Menderita Penyakit Syaraf Terjepit

Ia pun menuturkan bahwa anak muda juga bisa terkena gangguan saraf dan biasanya tidak menyadari gejalanya.

"Gejalanya bisa berupa sakit kepala hingga nyeri yang akan mengganggu aktivitas dan produktivitas kita, dengan gerakan sadar saraf, kita bisa identifikasi gangguan sejak dini dan penanganannya sebelum terlambat. Dalam kesempatan ini, anggota Tennis Sedjoek lainnya juga menceritakan pengalaman pertama melakukan konsultasi di Neuro Care," tegas Rachmi.

dr. Zicky menyarankan agar anak muda produktif segera melakukan konsultasi ke Dokter Spesialis Saraf jika merasakan keluhan yang intensitasnya semakin sering, diikuti rasa sakit yang berat dan berulang.

"Memang pada akhirnya screening dan konsultasi itu sudah menjadi dasar yang harus dijalani," tutur dr. Zicky.

Karena konsultasi dini ini tidak hanya dapat meningkatkan kesadaran para generasi muda, namun juga memprediksi seberapa besar risikonya.

"Kami para dokter bukan hanya membantu masyarakat untuk sadar risiko, namun juga memprediksi seberapa besar risiko yang mereka miliki. Sehingga dapat kami bantu mengidentifikasinya lebih awal sebelum menjadi hambatan untuk produktif, bahkan gangguan yang mematikan ditambah menghabiskan banyak kerugian finansial," pungkas dr. Zicky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini