News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Katarak Penyebab Kebutaan Tertinggi di Indonesia, Mayoritas Penderitanya 50 Tahun ke Atas

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pasien seusai menjalani operasi katarak gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bandung Kiwari, Jalan Kopo, Kota Bandung, Selasa (9/5/2023). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Ia pun menekankan bahwa yang diprioritaskan adalah penderita katarak usia produktif yakni 50 tahun karena mereka masih bisa bekerja.

"Jadi yang kita utamakan adalah indi idu-individu dalam range usia produktif, mungkin usia 50 tahun, 45 tahun. Di mana harusnya mereka masih bisa kerja, tapi karena katarak sehingga menyebabkan penglihatan mereka tidak maksimal, jadi aktivitas kerja atau aktivitasnya terganggu," jelas dr. Andri.

dr. Andri berharap mereka yang melakuk ini dapat kembali melanjutkan aktivitas seperti sebelumnya.

"Nah dengan adanya operasi ini, mereka masih bisa balik ke aktivitas mereka seperti semula," papar dr. Andri.

Ia pun menekankan bahwa operasi ini dilakukan secara gratis, karena selama ini banyak masyarakat yang menderita katarak tidak mau ke rumah sakit karena khawatir terhadap biaya.

"Dan itu tanpa ada biaya dari mereka sendiri. Kadang-kadang yang terjadi adalah faktor biaya mempengaruhi mereka untuk melakukan pengobatan," tutur dr. Andri.

Dalam operasi katarak yang dilakukan di Rumah Sakit Anna Pekayon, ada 55 orang yang memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan operasi.

Sebelumnya ada sekitar 500 orang yang telah melakukan pendaftaran untuk operasi katarak ini, namun tidak semua memenuhi syarat. 

"Ada 55 orang, lebih dari 500 orang yang mendaftar tapi yang eligible (memenuhi syarat) kita prioritaskan untuk saat ini 55 orang," kata dr. Andri.

Namun biasanya sebelum memulai tindakan, kata dia, akan ada screening akhir untuk mengetahui kondisi terakhir pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan.

Karena biasanya ada pasien yang merasa gugup maupun stresa sebelum operasi, sehingga ini meningkatkan tekanan darah mereka.

Kondisi inilah yang memungkinkan mereka untuk tidak melakukan tindakan operasi pada hari itu.

"Tapi biasanya ada screening lagi sebelum melakukan tindakan, apakah dari 55 orang itu semuanya eligible atau tidak, kadang kan ada calon pasien yang sampai sini gugup, stress, tekanan darah naik, nggak bisa operasi," pungkas dr. Andri.

Sementara itu Direktur Rumah Sakit Anna Pekayon, dr. Adi Anggoro, MARS., mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat memperoleh akses kesehatan yang mudah di rumah sakit.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini