Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepanjang Juli, cuaca ekstrem memicu berbagai bencana di sejmulah negara.
Suhu panas yang memecahkan rekor terjadi di China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa selatan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) nyatakan gelombang panas sering memperburuk kondisi penyakit yang sudah ada sebelumnya, salah satunya asma.
Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman ungkap kaitan gelombang panas dengan pasien penyakit asma yang berisiko mengalami perburukkan.
Hal ini dikarenakan saat gelombang panas, polusi pun meningkat.
"Pada gelombang panas, sering terjadi bersamaan dengan meningkatnya polusi udara," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (26/7/2023).
Termasuk dalam hal ini adalah peningkatan ozon.
Polusi sendiri bisa mengiritasi paru-paru dan memicu serangan asma.
Untuk langkah mitigasi, Dicky menyarankan untuk banyak mengonsumsi air putih.
Bukan minuman bewarna atau mengandung pemanis buatan.
Selain itu dianjurkan untuk bekerja di tempat yang teduh.
Jika udara sangat panas bisa dibantu dengan pendingin udara seperti kipas angin dan AC.
"Tetap menjaga tubuh dalam kondisi dingin. Hindari paparan langsung dari gelombang panas atau paparan sinar matahari," kaya Dicky lagi.
Kemudian lindungi diri kita dari paparan sinar matahari.
Pakai baju longgar dengan warna cerah, atau terang.
Baca juga: WHO: Panas Ekstrem Memperburuk Pemilik Penyakit Kardiovaskular, Diabetes dan Asma
Jangan lupa pakai topi dan suncreen untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari.
"Tentu jika ada masalah penyakit, kontrol langsung pada dokter menjadi sangat penting," pungkasnya.