Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga saat ini kelebihan berat badan (obesitas) masih menjadi masalah di Indonesia, bahkan prevalensinya semakin meningkat.
Terlebih setelah pandemi virus corona (Covid-19) beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Stunting, Obesitas dan Diabetes Jadi Masalah Kesehatan di Jawa Barat Akibat Minimnya Pengetahuan
Masyarakat Indonesia pun terus mencari solusi yang nyaman dan aman untuk dapat mengatasinya, tanpa memberikan efek samping yang merugikan kepada pasien itu sendiri.
Terkait hal ini, salah satu upaya dilakukan melalui program penurunan berat badan yang dihadirkan Regenesis Indonesia pada Juni lalu.
Program ini diberi nama Program Allurion atau gastric Ballon yang dihadirkan tanpa operasi, tanpa anestesi dan tanpa endoskopi.
Balon yang awalnya berbentuk kapsul, nantinya setelah pengaplikasian selama 15 hingga 20 menit, akan menjadi balon di dalam lambung.
Baca juga: Kemenkes: Tingginya Angka Obesitas Berkorelasi dengan Peningkatan Penghasilan Masyarakat
Perlu diketahui, Ballon Allurion diklaim sebagai satu- satunya balon di dunia yang diaplikasikan tanpa endoskopi, serta dilengkapi dengan alat monitoring canggih dengan Allurion Connected Scale and Health Tracker yang terhubung melalui Allurion Mobile Apps.
Ron Pirolo selaku Director Regenesis Indonesia pun berharap teknologi Allurion dapat menjadi solusi menekan obesitas di Indonesia.
Untuk melancarkan program tersebut, terdapat Allurion Official Training yang diikuti oleh beberapa rumah sakit besar dan klinik di Jakarta dan Surabaya pada pertengahan Juni lalu.
Ini menjadi kabar baik bagi Indonesia karena akhirnya memiliki suatu program penurunan berat badan dengan procedural yang membuat nyaman pasien, bahkan mereka juga dapat terhindar dari efek Yoyo.
Training batch I ini dilakukan di Intercontinental Jakarta, pesertanya merupakan para expert dari berbagai rumah sakit dan clinic slimming.
"Karena Regenesis mendatangkan narasumber Allurion dari Australia, Kate Blake Medical Spesializ ANZ Allurion Technologies untuk memberikan pelatihan yang dimulai dari perkenalan profil produk, pembelajaran mengenai implementasi dengan hands on langsung melihat bagaimana balon itu mengembang sebagai alat peraga," kata Ron, dalam keterangannya, Rabu (26/7/2023).
Tahapan dalam program ini pun dijelaskan secara berurutan, mulai dari persiapan yang harus dilakukan oleh pasien 2 minggu sebelumnya, hingga handling objection untuk penanganan efek samping jika muncul saat pengaplikasian.
Review dari berbagai negara menyatakan bahwa melalui program ini, para dokter akhirnya menemukan solusi untuk efek YOYO yang sering dihadapi pasien dari berbagai program penurunan berat badan.
Program ini kini dapat dilakukan pasien obesitas di Jakarta Slimming Center, RS EMC Alam Sutra, Digestihealth Bariatric Clinic, RS Sumber Waras, The Clinic Beautyloshopy dan RS Pondok Indah.
Menurut jurnal penelitian 2021 dari Kementerian Kesehatan Kuwait terkait hasil review berbagai jenis balon yang ada, menunjukkan bahwa hanya balon Allurion berbahan dasar polymer film atau capsul vegetative yang dapat terdegradasi secara natural setelah 4 bulan.
Selain itu, merupakan satu satunya balon yang tidak menggunakan endoskopi dan sangat membantu para dokter dalam memberikan kenyamanan bagi pasiennya.