News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Angka Stunting di Papua Naik karena TFR dan Pernikahan Anak Tinggi

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala BKKBN Dr. (Hc) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prevalensi stunting di Papua dan Papua Barat, menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, mengalami peningkatan.

Angka stunting di Papua kini naik dari 29,5 persen menjadi 34,6 persen, sementara angka stunting di Papua Barat naik dari 26,2 persen menjadi 30,0 persen.

Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) angka stunting memang tinggi pada beberapa wilayah.

"Ini yang perlu dicermati oleh Bapak Gubernur. Kalau kita lihat seperti di Tolikara, kemudian juga di Asmat, angka stuntingnya tertinggi. Di Asmat, total fertility rate (TFR) juga paling tinggi," ungkap Hasto pada keterangannnya, Kamis (28/9/2023).

TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur atau reproduksinya.

"Artinya apa? Bahwa jumlah anak dalam keluarga yang ada di Asmat memang tertinggi di Papua, sehingga angka stuntingnya juga tertinggi," tambahnya.

TFR di Asmat sebesar 4,22 dengan prevalensi stunting 54,5 persen. Selain TFR, jarak kelahiran yang ideal dan juga pemberian ASI Eksklusif harus dilakukan bagi seluruh pihak.

Baca juga: BKKBN Integrasikan Program Percepatan Penurunan Stunting di Kampung KB

Hasto juga mengingatkan bahwa pengukuran berat dan tinggi badan anak harus dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih, profesional dan tepat agar mendapatkan hasil yang baik.

Di sisi lain, ia menyayangkan masih tingginya pernikahan usia anak di Papua. Hasto menyorot sedikitnya para calon pengantin yang mendaftar pada aplikasi Elsimil.

Baca juga: KB Banyak Manfaat, Salah Satunya Bisa Cegah Stunting 

Melihat kondisi yersebut, dokter Hasto mendorong agar pemerintah masyarakat lebih bekerja keras untuk menurunkan perkawinan usia muda, terutama di Tolikara, di Asmat, di Mappi, kemudian juga di daerah-daerah seperti pegunungan, tengah, dan seterusnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini